Obesitas atau yang biasa kita kenal sebagai kegemukan merupakan suatu masalah yang
cukup merisaukan di kalangan remaja. Pada remaja putri, kegemukan menjadi
permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna yang seringkali
diartikan dengan memiliki tubuh ramping/langsing dan proporsional, merupakan idaman
bagi mereka. Hal ini semakin diperparah dengan berbagai iklan di televisi, surat kabar
dan media massa lain yang selalu menonjolkan figur-figur wanita yang langsing dan
iklan berbagai macam ramuan obat-obatan, makanan dan minuman untuk merampingkan
tubuh. Akibatnya jutaan rupiah uang dibelanjakan untuk diet ketat, obat-obatan, dan
perawatan-perawatan guna menurunkan berat badan.
Tidak berbeda dengan remaja putri, remaja pria pun takut menjadi gemuk. Bagi mereka,
pria yang memiliki bobot berlebih dianggap akan mengalami permasalahan yang cukup
berat untuk menarik perhatian lawan jenis. Banyak remaja pria yang berharap dapat
membuat tubuhnya ideal (menjadi sedikit berotot/kekar) dan keinginan mereka untuk itu
pada sebagian remaja disalurkan melalui kegiatan olah raga, namun sayangnya bagi
mereka yang kegemukan kegiatan olah raga akan terasa sebagai siksaan. Hal inilah yang
seringkali dimanfaatkan oleh para penjual produk-produk obat-obatan atau makanan
penurun berat badan dan alat olahraga ringan untuk memperlaris dagangannya.
Dengan melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, tidaklah berlebihan jika dikatakan
bahwa obesitas merupakan salah masalah rumit yang seringkali dihadapi remaja dan juga
termasuk orang dewasa. Hal ini tercermin dalam banyak dana yang dikeluarkan untuk
melakukan diet, membeli obat-obatan pelangsing dan peralatan olahraga yang bertujuan
untuk menurunkan berat badan.
Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang
disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan
tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat
badan yang lebih berat dibandingkan berat idealnya yang disebabkan terjadinya
penumpukan lemak di tubuhnya.
Dihadapkan pada obesitas, tidak jarang seorang remaja bereaksi secara berlebihan. Tidak
jarang pula mereka menjadi frustrasi karena meskipun sudah melakukan diet ketat dan
mengkonsumsi ramuan atau obata-obatan penurun berat badan, ternyata bobot tubuh
tidak kunjung susut. Apa sebenarnya yang terjadi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut
kita perlu melihat faktor-faktor yang menjadi penyebab obesitas. Menurut para ahli,
didasarkan pada hasil penelitian, obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktorfaktor
tersebut diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola
makan yang berlebih, kurang gerak / olahraga, emosi, dan faktor lingkungan
Genetik
Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya di
dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali menjumpai orangtua yang gemuk
cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor
genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal
ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak
yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan
kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi yang lahirpun
memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.
Kerusakan Pada Salahsatu Bagian Otak
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak yang
disebut hipotalamus –sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan
dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus
mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebih
mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah.
Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus
lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat
kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu
menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan
minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka
seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.
Pola Makan Berlebihan
Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat badan normal
terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu
makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan
pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk
keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang
kuat untuk mengurangi berat badan.
Kurang Gerak/Olahraga
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan olah raga secara
umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal
memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal.
Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang
dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik
memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak
berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung
mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan
mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olah raga menjadi
sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olah raga secara tidak langsung
akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olah raga
sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori,
melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal.
Pengaruh Emosional
Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dari masalah emosional yang
tidak teratasi. Orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti anak-anak makanan
dianggap sebagai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah sebagai subtitusi
untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya. Walaupun
penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus, namun sebagian orang yang kelebihan
berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis dibandingkan dengan orang yang
memiliki berat badan normal. Meski banyak pendapat yang mengatakan bahwa 0rang
gemuk biasanya tidak bahagia, namun sebenarnya ketidakbahagiaan /tekanan batinnya
lebih diakibatkan sebagai hasil dari kegemukannya. Hal tersebut karena dalam suatu
masyarakat seringkali tubuh kurus disamakan dengan kecantikan, sehingga orang gemuk
cenderung malu dengan penampilannya dan kesulitannya mengendalikan diri terutama
dalam hal yang berhubungan dengan perilaku makan.
Orang gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa
bila mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang
gemuk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam; orang dengan
berat badan yang normal makan dalam situasi yang kurang mencekam (McKenna,1999).
Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) pada kelompok orang dengan berat
badan berlebih dan kelompok orang dengan berat badan yang kurang, dengan menyajikan
kripik (makanan ringan) setelah mereka menyaksikan empat jenis film yang mengundang
emosi yang berbeda, yaitu film yang tegang, ceria, merangsang gairah seksual dan sebuah
ceramah yang membosankan. Pada orang gemuk didapatkan bahwa mereka lebih banyak
menghabiskan kripik setelah menyaksikan film yang tegang dibanding setelah menonton
film yang membosannkan. Sedangkan pada orang dengan berat badan kurang selera
makan kripik tetap sama setelah menonton film yang tegang maupun film yang
membosankan.
Lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika
seseroang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol
kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk.
Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang
obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan
kegemukan.
Nah, bagi para remaja yang kebetulan memiliki berat badan berlebih dan belum berhasil
mengurangi berat badan, janganlah merasa frustrasi. Mungkin dengan mengetahui faktorfaktor
penyebab kegemukan seperti tertulis diatas Anda akan menemukan penyebab
mengapa berat badan Anda tidak kunjung susut. Satu hal yang paling penting untuk
diingat adalah sejauh tubuh anda tidak mengidap suatu penyakit maka tidak ada yang
salah dengan tubuh yang besar (gemuk). Hal lain yang juga tidak kalah penting adalah
cobalah untuk berolahraga secara teratur dan menjaga agar emosi anda tetap terkendali.
Oke.... Semoga bermanfaat. (jp)
_________________________
dikutip dari : Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.
Custom Search
Monday, May 4, 2009
Obesitas dan Faktor Penyebab
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
ASKEP
askep anak dg meningitis
cardiology
emergency
epidemiologi
etika perawat
fase perkembangan anak
health
Intervensi keperawatan pada klien meningitis
kehamilan
keracunan pada anak
mainan dan kreatifitas
mata ajaran
mata kuliah
materi kuliah
maternitas
medical surgical
sistem pernapasan
tips sehat
UU Praktik Keperawatan
WHO
No comments:
Post a Comment