Custom Search

Thursday, May 21, 2009

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA KLIEN MENINGITIS

Intervensi Keperawatan pada klien dengan meningitis
Diagnosa Keperawatan 1
Ketidakefektifan perfusi serebral berhubungan dengan pembengkakan jaringan serebral, gangguan aliran darah sekunder terhadap perdarahan, hematoma, odema, trombus, embolus atau spasme

Definisi
Suatu penurunan jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat seluler
a. Karateristik :
Subyektif :
- Nyeri kepala
- Pusing
- Kehilangan memori
- Bingung
- Kelelahan
- Kehilangan visual
- Kehilangan sensasi

Obyektif :
- Bingung / disorientasi
- Penurunan kesadaran
- Perubahan status mental
- Gelisah
- Perubahan motorik
- Dekortikasi
- Deserebrasi
- Kejang
- Dilatasi pupil
- Edema papil

b. Intervensi Kepererawatan / NIC :
1) Peningkatan Perfusi Serebral : Peningkatan keadekuatan perfusi dan pembatasan dari komplikasi untuk pasien yang mengalami atau beresiko untuk terjadi ketidakadekuatan perfusi serebral
2) Pemantauan Tekanan Intra Kranial : Pengukuran dan interpretasi data pasien untuk mengatur tekanan intrakranial
3) Pemantauan Neurologis : Pengumpulan dan analisis data pasien untuk mencegah atau mengurangi komplikasi neurologis
4) Terapi oksigen
5) Penatalaksanaan Sensasi Perifer : Pencegahan atau pengurangan cedera atau ketidaknyamanan pada pasien dengan perubahan sensasi

c. Aktifitas Keperawatan
1) Peningkatan perfusi serebral
- Konsultasi dengan dokter untuk menentukan parameter hemodinamik
- Buat kondisi hipertensi dengan penambahan volume atau inotropik atau agen vasokontriksi atau yang direkomendasikan untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral
- Pemberian obat vasoaktif untuk mempertahankan hemodinamik
- Pemberian agen untuk meningkatkan volume intravaskuler (koloid, kristaloid)
- Monitor protrombin time dan partial tromboplastin time bila menggunakan hetastarch
- Berikan agen reologik (manitol dosis rendah, dekstran)
- Pertahankan level hematokrit sekitar 33 % untuk terapi hipervolemi hemodilusi
- Pertahankan level glukosa darah dalam kondisi normal
- Konsul dengan dokter untuk menentukan tingginya kepala dari tempat tidur 15 atau 30 derajat dan observasi respon pasien
- Cegah fleksi leher atau fleksi lutut yang berlebihan
- Pertahankan PCO2 sekitar 25 mmHg atau lebih
- Berikan dan monitor efek osmotik, diuretik dan kortikosteroid
- Berikan obat nyeri
- Monitor status neurologi
- Hitung dan monitor tekanan perfusi serebral
- Monitor tekanan intra kranial pada saat melakukan tindakan perawatan
- Monitor status respirasi : kecepatan, irama, dan kedalaman pernafasan serta kadar PO2 dan PCO2, pH dan bikarbonat
- Dengarkan suara paru adanya krekless atau suara nafas tambahan lain
- Monitor tanda adanya kelebihan cairan (ronchi, JVD, edema, peningkatan sekresi paru)
- Monitor perfusi oksigen ke jaringan (SaO2, Hb)
- Monitor laboratorium perubahan oksigenasi atau keseimbangan asam basa
- Observasi intake out put

2) Monitor tekanan intra cranial
- Berikan informasi kepada keluarga
- Dapatkan sample cairan serebrospinal
- Catat perubahan respon pasien
- Monitor tekanan intrakranial dan respon neurologi pada saat tindakan keperawatan
- Monitor intake dan out put
- Batasi pasien jika diperlukan
- Monitor suhu
- Cek adanya kaku kuduk
- Berikan antibiotik
- Posisikan pasien dengan elevasi kepala 30 – 45 derajat dengan posisi leher netral
- Minimalkan stimulasi lingkungan
- Pada saat melakukan tindakan keperawatan cegah peningkatan tekanan intrakranial

3) Pemantauan neurologis
- Monitor ukuran, bentuk pupil dan kesimetrisannya serta reaksi terhadap cahaya
- Monitor tingkat kesadaran
- Monitor tingkat orientasi
- Monitor GCS
- Monitor memori jangka pendek, perhatian, afek, perasaan dan tingkah laku
- Monitor tanda vital
- Monitor status pernafasan : analisa gas darah, pulse oksimetri, kedalaman nafas, pola dan kecepatan pernafasan
- Monitor refleks kornea
- Monitor batuk dan reflek muntah
- Monitor tonus otot dan gerakan otot, gaya berjalan, proprioseptik
- Monitor kekuatan genggaman
- Monitor adanya tremor
- Monitor kesimetrisan wajah
- Monitor lidah yang menonjol keluar
- Monitor adanya gangguan visual : diplopia, nistagmus, pandangan kabur
- Catat keluhan nyeri kepala
- Monitor karakteristik bicara : afasia
- Monitor respon terhadap stimulus : verbal, taktil
- Monitor adanya parestesia, mati rasa
- Monitor sensasi bau
- Monitor respon babinski
- Cegah aktifitas yang meningkatkan tekanan intrakranial

4) Terapi oksigen
- Siapkan peralatan oksigen
- Berikan tambahan oksigen
- Monitor aliran oksigen
- Instruksikan kepada pasien tentang pentingnya terapi oksigen
- Cek oksigen secara periodic
- Monitor efektifitas terapi oksigen
-
Diagnosa Keperawatan 2
Nyeri akut yang berhubungan denganagen pencedera biologis, proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
Defenisi :pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ( international association for the study of pain); awitan yang tiba – tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan
Batasan Karakteristik :
Data subjektif
- Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan dengan isyarat nyeri

Data Objektif
- Gerakan menghindari nyeri
- Posisi menghindari nyeri
- Perubahan autonomic dari tonus otot
- Respon – respon otonomik misalnya diaphoresis tekanan darah, pernafasan, perubahan nadi, dilatasi pupil
- Perubahan nafsu makan
- Prilaku distraksi
- Prilaku ekspresif
- Wajah topeng ( gerimisan )
- Prilaku menjaga atau melindungi
- Focus menyempit
- Bukti yang dapat diamati
- Berfokus pada diri sendiri

Intervensi Kepererawatan / NIC :
a. Administrasi analgesic
b. Manajemen nyeri
c. Manajemen sedasi

Aktivitas keperawatan
a. Administrasi analgesic :
· Kaji lokasi nyeri, kualitas, karakteristik dan skala nyeri sebelum pemberian obat
· Cek order dokter tentang pemberian obat
· Kaji riwayat alergi obat
· Evaluasi kemampuan pasien pada rute dandosis pemberian obat
· Pilih analgesic atau kombinasi dan bila perlu lebih dari satu sesuai order
· Catat pemberian narkotika sesuai dengan protokol
· Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
· Berikan kenyamanan pada pasien dan relaksasi
· Berikan analgesic tepat pada waktunya untuk mencegah kelemahan dan hilangnya efek analgesic terutama pada nyeri berat.
· Jelaskan tentang keefektifa analgesic.
· Pertimbangkan pemberian infuse dan bolus opioid untuk mempertahan level serum
· Evaluasi efektivitas analgesic pada saat pemberian terutama pada dosis awal, observasi tanda dan gejala yang tidak diinginkan seperti depresi respirasi, mual, muntah mulut kering dan konstipasi
· Dokumentasikan respon analgesic dan efek sampingnya
· Implementasikan tindakan untuk menurunkan efek samping analgesic
· Kolaborasikan dengan dokter jika obat, dosis rute pemberian
· Ajarkan tentang penggunaan analgesic, strategi untuk mengurangi efek samping dan cara – cara mengekspresikan nyeri.

Aktivitas keperawatan
b. Manajemen nyeri
· Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor pencetus
· Observasi aspek non verbal akibat ketidak nyamanan khususnya akibat ketidakmampuan komunikasi
· Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasiennya dan responnya terhadap nyeri
· Kaji faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
· Kaji pengetahuan pasien dan kepercayaan pasien tentang nyeri
· Pertimbangkan pengaruh kebiasaan pada respon nyeri
· Kaji respon nyeri yang mempengaruhi pada kualitas hidup ( tidur, rasa,aktivitas, kognisi,perasaan )
· Kaji factor – factor yang dapat meringankan dan memperberat nyeri
· Evaluasi pengalaman nyeri yang lalu .
· Evaluasi tindakan efektif apa yang dilakukan pada saat nyeri
· Bantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan support
· Kaji factor pencetus yang meringankan atau menambah berat rasa nyeri
· Lakukan pengkajian tentang hal – hal yang membuat pasien nyaman dan lakukan monitoring.
· Berikan informasi tentang nyeri meliputi, penyebab,lama dan antisipasi ketidak nyamanan selama prosedur
· Kontrol factor lingkungan yang mempengaruhi ketidak nyamanan
· Kurangi factor presipitasi yang bisa meningkatkan nyeri missal ketakutan dan kelelahan.
· Pertimbangkan tindakan yang dilakukan meringankan nyeri sesuai dengan sumber nyeri
· Ajarkan kegunaan teknik non farmakologi seperti hipnotik, teknik relaksasi.

Aktivitas keperawatan
c. Manajemen sedasi :
· Reviw riwayat kesehatan pasien dan hasil tes diagnostic jika pada pasien ditemukan riwayat pemberian sedatif
· Tanyakan pada klien dan keluarga tentang riwayat pemberian sedatif
· Kaji adanya pemberian obat yang lain dan kontra indikasi pemberian sedatif
· Jelaskan pada klien dan keluarga tentang efek pemberian sedatif
· Berikan inform concet
· Evaluasi tingkat kesadaran klien dan cegah / hindari reflek sebelum pembrian sedative
· Pertahankan vital sign, saturasi oksigen, dalam batas normal
· Siapkan alat-alat resusitasi emergency terutama O2 100 %, obat-obat emergency dan depribilator
· Berikan IV line







Diagnosa Keperawatan 3
Hipertermia berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Definisi: Keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat di atas rentang normalnya.
Batasan Karakteristik :
Data Subjektif :
- Mual
Data objektif
- Kulit memerah
- Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
- Frekwensi nafas meningkat
- Kejang/ konvulsi
- Kulit hangat bila disentuh
- Takikardi

Intervensi Keperawatan :
a. Perawatan Fever
b. Temperatur regulation
c. Monitoring Vital Sign

Aktivitas keperawatan :
a. Perawatan Fever
- Monitor temperature tiap waktu sesuai indikasi
- Monitor insisibe water los
- Monitor warna kulit dan temperature
- Monitor tekanan darah, nadi, respirasi, sesuai indikasi
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor WBC, hemoglobin, dan nilai hematokrit
- Monitor intake dan output
- Monitor abnormalitas eletrolit
- Monitor keseimbangan asam basa
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
- Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
- Berikan tepid spong bed
- Tingkatkan pemberian cairan peroral
- Berikan cairan IV sesuai indikasi
- Tingkatkan sirkulasi udara dengan menggunakan kipas angin.
- Berikan oksigen sesuai indikasi

Aktivitas keperawatan:
b. Temperatur regulation
- Monitor suhu minimal setiap 2 jam sesuai indikasi
- Gunakan alat untuk memonitor suhu secara kontinyu
- Monitor tekanan dara, nadi, pernafasan
- Monitor warna kulit dan temperature
- Monitor tanda dan gejala hipertermia
- Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
- Berikan pengobatan yang diindikasikan untuk mencegah
- Berikan pengobatan antipiretik.
- Gunakan matras dingin dan tepid bath untuk merobah temperature

Aktivitas keperawatan :
c. Monitoring Vital Sign
- Monitor tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
- Monitor tekanan darah sebelum dan sesudah perubahan posisi.
- Monitor tekanan darah setelah pasien diberikan pengobatan
- Aukultasi tekanan darah dikedua lengan dan bandingkan
- Monitor tekanan darah nadi dan respirasi sebelum, selama dan sesudah aktivitas
- Monitor tanda gejala hipertermia
- Monitor karakteristik dan kualitas nadi
- Ukur nadi apical dan radial bersamaan dan catat adanya perbedaan
- Monitor respirasi rate dan ritme
- Monitor pulse oksimetri
- Monitor ketidak abnormalan pola nafas
- Monitor warna kulit temperature dan kelembaban
- Monitor sianosis sentral dan perifer
- Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan pada vital sign
- Cek secara periodic instrumentyang digunakan untuk mengambil data pasien.

Diagnosa Keperawatan 4
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan dalam status kesehatan
Defenisi : suatu keresahan perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau yang disertai respon otonomis sumbernya sering tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu, perasaan kwatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Ini merupakan tanda bahaya yang memperingatkan tanda bahaya yang akan terjadi yang memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi ancaman.

Karakteristik :
- Gelisah
- Insomnia
- Kontak mata yang buruk
- Afektif : cemas ketakutan, menderita, distress, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, irritabilitas
- Khawatir
- Fisiologis : imsomnia,gemetar, tremor, suara bergetar
- Parasimpatis: nyeri abdomen, penurunan tekanan darahPenurunan nadi, diare, pingsan, kelelahan, frekwensi berkemih, gangguan tidur , mual
- Simpatis : anoreksia, mulut kering, muka merah, berkeringat, tekanan darah meningkat, nadi meningkat, pernafasan meningkat, reflek meningkat.
- Kognitif : konvulsi, sulit berkonsentrasi, kemampuan belajar menurun, mudah lupa, khawatir.

Intervensi keperawatan
a. Reduksi Ansietas
Aktivitas keperawatan :
a. Reduksi Ansietas :
- Lakukan pendekatan dengan tenang
- Jelaskan semua prosedur dan kondisi klien
- Pahami tentang stuasi pasien yang sangat membuat stress
- Dampingi klien untukmemberikan rasa tenang dan menurunkan ketakutan
- Kaji adanya peningkatan ansietas
- Berikan obat penenang sesuai order

DAFTAR PUSTAKA

Dochterman,(2000) Nursing Interventions Classification (NIC),USA : Mosby
Doenges,(2000)Rencana Asuhan Keperwatan Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta: EGC
Wilkinson, (2006) Buku Saku Diagnose Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC,Jakarta: EGC.

baca selengkapnya......

ASKEP ANAK DENGAN MENINGITIS

a. Pengertian
Meningitis bakterial adalah suatu keadaan dimana meningens atau selaput dari otak mengalami inflamasi oleh karena bakteri (Sharon & Terry; 1993; 303).

b. Etiologi dan karakteristik
Infeksi/ keadaan inflamasi dari meningens ini lebih sering disebabkan oleh beberapa bakteri berikut, antara lain; Haemophilus Influenzae (tipe B), naisseria meningitidis (meningococus), dan streptokokus (Sharon & Terry; 1993; 303).
Bakterial meningitis adalah manifestasi yang muncul akibat adanya bakteri yang melakukan invasi didalam selaput otak. Invasi bakteri ke otak dapat terjadi secara langsung maupun tak langsung. Invasi bakteri secara tak langsung dapat berupa adanya pencetus sebelumnya seperti pneumonia, otitis media, sinusitis dimana bakteri ikut didalam aliran darah dan mencapai selaput otak serta mengadakan invasi.
Invasi bakteri dapat secara langsung misalnya adanya trauma kepala, luka tembus atau adanya intervensi operasi sehingga bakteri dapat langsung mengenai selaput otak.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat dari meningitis bakterial adalah kematian jaringan otak, terjadinya hidrocephalus akibat dari sumbatan pada aliran cerebrospinal fluid yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan intrakranial.
Penumpukan ini mungkin disebabkan oleh peningkatan produksi cerebrospinal fluid, adanya obtruksi aliran dalam ventrikel (non comunicating) atau menurunnya kemampuan dalam melakukan absorbsi (comunicating).
Hidrosephalus dengan tipe penyebab non comunicating merupakan hal sering terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun (Candy smith; 1988; 149).


c. Manifestasi klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya infeksi geeneral pada umumnya seperti demam, mungkin juga didapati adanya sakit kepala yang hebat, photophobia, kaku kuduk, didapatinya tanda kernig dan tanda brudzinski.

d. Pathofisiologi

e. Terapi dan Penatalaksanaan
Terapi pilihan pada bayi yang telah mengalami meningitis bakterial dengan komplikasi hidrocephalus adalah dilakukan pembedahan dengan tujuan untuk pemasangan shunt guna mengalirkan cerebrospinal fluid yang tersumbat di dalam otak. Ada beberapa jenis shunt antara lain (VP) ventrikulo peritoneal shunt dan (VA) ventriculoatrial shunt.
Penatalaksanaan pada bayi dengan hidrocehalus adalah pemberian posisi head up dan pengawasan pemberian cairan yang adekuat.

f. Tanda dan gejala yang muncul
Demam, sakit kepala, lethargy, muntah, ubun-ubun yang cembung, photopobia, malas atau tidak mau minum, tangisan yang menjerit, perubahan pada pupil (seringkali dilatasi), terdapatnya tanda kernig dan brudzinski, apnea, peningkatan lingkar kepala dan terdapatnya perubahan kesadaran.
Pada bayi yang sudah mengalami hidrocephalus mungkin didapatkan peningkatan lingkar kepala, ubun-ubun yang cembung, sunset eye phenomen, muntah, malas minum, lethargy dan perubahan tingkat kesadaran.
Pada pemeriksaan fisik mungkin juga didapati tachycardia, tachypnea/ bradypnea, peningkatan tekanan darah, diaphoresis, peningkatan diameter pupil (dilatasi).

g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman; hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.

h. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, tujuan dan intervensi
1. Resiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan infeksi pada selaput otak.

Tujuan:
Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial selama dalam masa perawatan, dengan kriteria; reaksi pupil terhadap cahaya (+), refleks normal, gerak dan tangis yang kuat, respirasi spontan, suhu dalam batas normal.

Intervensi:
a. Kaji tanda vital, GCS (jika dapat dilakukan) dan tanda-tanda dari terjadinya penurunan kesadaran.
b. Ciptakan dan pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman.
c. Berikan posisi head up + 30O.
d. Ukur lingkar kepala tiap hari.
e. Kolaborasi dalam pemberian cairan yang adekuat.
f. Berikan obat sesuai dengan program; antibiotik, antipiretik, dan antikonvulsan.
g. Ikut sertakan keluarga dalam perawatan bayi secara aktif.


. 2. Nyeri berhubungan dengan sakit kepala, trauma kepala, tindakan invasif (pengambilan cairan CSF, pengambilan darah)

Tujuan:
Terbebasnya anak dari rasa nyeri dengan kriteria; menurunya intensitas menangis, wajah tampak tenang, tanda vital dalam batas normal, menurunya tingkat diaporresis.

Intervensi:
a. Kaji dan catat tanda dan gejala dari nyeri.
b. Perlakukanlah anak dengan lembut dan penuh perasaan.
c. Anjurkan kepada keluarga untuk menunggu dan ikut sertakan secara aktif dalam merawat klien.
d. Kolaborasi dalam pemberian analgesik, antipiretik, dan antibiotk sesuai jadwal dan amati reaksi klien terhadap pengobatan yang diberikan.
e. Jika dapat dilakukan gunkan tehnik untuk mengurangi rasa nyeri seperti distraksi, aktivitas untuk mengalihkan perhatian.
f. Observasi terhadap efektivitas dan rasa nyeri yang dirasakan oleh anak.


DAFTAR PUSTAKA

Axtonb, Sharon Ennis & Terry Fugate. (1993). Pediatric Cre Plans. USA: A Devision of The Benjamin/ Cummings Publishing Company Inc.

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.

Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year book.

baca selengkapnya......

Monday, May 4, 2009

Mainan apa yang paling tepat?

Pakailah usia sebagai panduannya. Misalnya, bayi usia 2 bulan sangat senang dengan permainan-mainan yang bergerak dan melayang. Sementara anak usia 15 bulan senang bermain ‘masak-masakan’ atau ‘dokter-dokteran’. Untuk mendapatkan kiat yang tepat sesuai usia anak Anda, pilihlah kisaran usia di bawah ini:
* Bayi Baru sampai usia 2 bulan
* 3 sampai 6 bulan
* 7 sampai 9 bulan
* 10 sampai 12 bulan
* 13 sampai 18 bulan
* 19 sampai 24 bulan
* 25 sampai 30 bulan
* 31 sampai 36 bulan
Bayi Baru sampai usia 2 bulan

Di bulan pertama, sebelum bayi belajar meraih obyek atau tengkurap, ia akan lebih tertarik memperhatikan dan mendengarkan benda-benda yang berbunyi. Awalnya memang akan membuatnya pening tapi ia akan bisa menyesuaikan diri melihat benda-benda yang jauhnya sekitar 10-15 cm dari matanya.

Bayi suka memandangi wajah—dan bisa mengenali wajah ayah-ibunya dalam 1 bulan—tapi dia juga suka melihat gambar-gambar wajah. Gambar dengan warna kontras dan terang juga akan menarik perhatiannya.

Ia juga sedang belajar mengapresiasi bunyi dan suara musik lembut. Mainan yang yang bisa bergerak pelan dan mengeluarkan bunyi akan sangat disenanginya.

* Mainan yang Bisa Digenggam. Keterampilan visualnya yang semakin berkembang membuatnya tertarik untuk mengapresiasi apapun yang diperlihatkankan ke hadapannya. Si kecil memang belum dapat menggenggam lama mainan-mainan itu, namun ia akan ‘meninju-ninju’ mainan itu dengan senang.

* ‘Tape Player’ atau Kotak Musik. Musik adalah salah satu cara terbaik untuk menghibur dan menenangkan bayi. Mainkan beragam jenis musik—bukan jenis musik yang bising—dan tunggulah responnya.

* Mainan yang Bergerak-gerak atau Berbunyi. Mainan seperti itu mampu memperkaya dimensi visual kehidupan bayi secara horizontal. Melihat benda dengan komposisi kontras yang mencolok serta dalam berbagai bentuk sangat baik untuknya. Kebanyakan bayi sangat senang melihat benda-benda seperti itu. Gantungkan mainan jenis itu di sebelah kanan atas boks tidurnya. Bayi-bayi baru lebih condong melihat ke arah kanan (80%). Agar aman, gantungkan dengan jarak yang tak bisa diraihnya.

* Cermin (non kaca). Meski mereka belum sadar dengan dirinya sendiri di tahapan ini, tapi bayi akan menemukan keasyikan sendiri saat melihat refleksi dirinya. Tempelkan cermin (sebaiknya bahan yang terbuat dari non kaca) di sisi boksnya atau di kursi makannya.

* Buku Ringan dengan Warna-warna Kontras. Buku-buku cerita khusus untuk bayi dengan gambar-gambar sederhana dan kontras juga akan menarik perhatian mereka. Buka buku disamping bayi (yang sudah bisa duduk), sambil bacakan kisah di dalamnya.

* Mainan Sensorik. Mainan ringan yang bisa berbunyi, bergetar atau mencicit sangat disukai oleh bayi berusia 1-2 bulan. Mainan yang berbunyi juga akan membantu bayi ’tersadar’ dengan apa yang dilakukan oleh tangannya.

* Sarung tangan dan Gelang Tangan. Kenakan dua mainan ini di pergelangan tangan atau kaki bayi. Bunyi derik atau kertak-kertuk dari mainan akibat goyangan tangan/kaki akan merangsangnya untuk terus aktif mengerakkan tangan atau kakinya.

* Lonceng Angin. Bayi menyukasi musik lembut, gantungkan mainan ini di tempat yang bisa bayi lihatdan dengarkan suaranya. Kalau lonceng ditaruh di atas boks tidurnya ia akan terbiasa memperhatikan itu sebelum ia jatuh tertidur.

3 sampai 6 bulan

Memasuki tahapan usia ini, bayi akan menemukan betapa menyenangkan keterampilan tangannya berkembang. Kini telapak tangannya sudah tak lagi terus menggenggam, tapi jarinya sudah bisa digunakan untuk diisap dan menggenggam mainan yang ditaruh di telapak tangannya. Tangannya sudah mampu meraih dan saling berkoordinasi untuk memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lainnya. Ia juga sudah dapat memutar pergelangan tangannya untuk memeriksa mainan yang diberikan padanya, sebelum dimasukkan ke mulutnya.

Saat memilih mainan, pastikan semuanya aman untuk dikunyah atau digigit oleh si kecil (periksa labelnya). Jangan pernah meletakkan mainan-mainan jenis itu di atas boks dengan diikat menggunakan karet elastis. Ini berbahaya karena bisa membuat si kecil tercekik atau terlilit.

Di usia 6 bulan si kecil mungkin sudah bisa tengkurap sempurna. Karenanya beri ia mainan yang bisa memberiya perspektif kehidupan baru yang penuh suara, berwarna dan penuh perubahan:

* Mainan Terangkai. Pada dasarnya ini merupakan jenis mainan yang terangkai satu paket yang digantung (mainan berjuntai-juntai dengan aneka pernik dan berbunyi). Bentuknya yang ’ramai’ menarik minat bayi untuk menyentuhnya: mencoba untuk menarik, memutar dan mencolek-coleknya. Tapi saat bayi menginjak usia 5 bulan mungkin permainan jenis ini sudah tak menarik perhatiannya lagi.

* Gelang-gelang Berbunyi. Bayi sangat senang membuat kebisingan. Beri ia gelang-gelang berbunyi dan lihatlah bagaimana ia memainkannya. Agar ia tambah aktif, putarkan musik bertempo cepat (bayi usia ini suka mendengar musik dan ritme).

* Batang Aktivitas. Pernah lihat batang-batang yang terangkai di stroller bayi? Atau ‘baby-walker’? Itu dia. Bentuknya yang warna-warni dan mengeluarkan bunyi merangsang bayi untuk mengeksplorasinya dengan mencolek, menggenggam dan menggesernya.

* Mainan Hewan. Di usia ini bayi sudah mulai memperhatikan hewan. Ada baiknya sediakan mainan berupa boneka hewan yang bisa dipakainya untuk menyalurkan rasa sayangnya pada binatang. Tapi ingat, pilihlah jenis permainan yang rapi dan bagus jahitannya (jangan ada benang terjurai), tidak memiki mata yang terbuat dari plastik, berkancing, berpita dan berajut, karena semua itu berisiko membuat bayi tersedak atau tercekik.

* Mainan Mencuit. Beri mereka bebek-bebekan atau katak mencuit yang dapat digenggam dan diremas olehnya. Mainan jenis ini amat cocok menjadi temannya mandi di bak mandi.

* Buku Cerita. Ada buku-buku cerita—dengan kertas tebal--khusus untuk bayi seusia ini. Bagaimanapun, membiasakan anak membaca buku sejak usia dini akan sangat berguna di masa yang akan datang. Bacakanlah dengan suara akan merangsang keterampilan mendengar dan berbahasanya. Gunakanlah intonasi yang sesuai dengan jalan ceritanya,kalau ada syair yang harus diyanyikan maka nyanyikan. Ini akan membuat bayi semakin tertarik dengan bukunya.

* Gelang Plastik Warna-warni. Tidak ada yang paling disukai bayi selain menggigit dan mengulum gelang plastik warna-warni untuk mengatasi gusinya yang terasa gatal dan nyeri. Yang paling baik, sediakan mainan yang juga berfungsi sebagai ‘teether’. Simpan ‘teether’ di dalam kulkas (jangan di freezer) supaya sensasi dingin mengatasi rasa nyeri dan gatal di gusi itu.

* Selimut atau Karpet Aktivitas. Sediakan selimut atau karpet-karpet bergambar atau yang memiliki komponen bongkar pasang di atasnya. Selimut/karpet ini akan berguna ketika Anda mengajaknya bermain di taman atau bahkan di rumah, untuk merangsangnya untuk belajar merangkak.

7 sampai 9 bulan
Gaya bermain si kecil Anda sekarang terlihat tambah bergairah. Saat ia mengambil sendok, pasti itu akan dipukul-pukulkan ke piring atau mangkuk makannya. Begitu pun bila melihat serenceng kunci, pasti akan digoyang-goyangnya. Kini ia sudah bisa meraih dua mainan sekaligus, dan juga melemparnya sekaligus. Pergerakan tubuhnya bertambah rapi. Ia bahkan sudah dapat memungut remah makanan yang terjatuh di lantai.

Ia juga menjadi lebih awas terhadap mainan yang pernah dilihatnya. Ia akan mengenali beberapa mainan yang pernah dipegang atau diihatnya. Bahkan ia bisa menginginkan mainan tertentu yang sedang ingin dimainkannya, dan mencarinya. Karena kemampuannya itu, Anda sudah bisa mengajaknya bermain ’simpan dan cari’ mainan.

Di usia ini bayi sedang senang-senangnya berkeliling. Mereka menjadi bayi yang sangat aktif. Ia sudah sangat pandai duduk, berguling, dan bertumpu pada kaki dan tangannya (merangkak). Saat usianya menginjak 8 bulan, dia mungkin sudah bisa berdiri dan bersandar pada kursi atau anak tangga. Mainan-mainan di bawah ini bisa membantunya memperkuat semua kemampuan tadi:

* Mainan Bongkar Pasang. Banyak bayi menyukai jenis mainan ini. Karena pada dasarnya di usia ini mereka senang melepas, memutar, membuka dan mememasangnya kembali. Mainan ini bagus untuk merangsang keterampilan koordinasi mata-tangan.

* Boneka (Orang atau Hewan). Bayi-bayi seusia ini sedang membangun kedekatan dengan mainan favoritnya. Pakar anak sering menyarankan para orangtua untuk memperkuat koneksi itu. Hindari boneka yang berpita, bermata plastik, yang jahitannya tak rapi atau apapun yang bisa ditarik dan dimasukkan ke mulut bayi. Pilihlah boneka yang berukuran kecil saja.

* Bola. Bola adalah salah satu mainan yang paling digemari oleh anak-anak dari berbagai usia. Pilih bola plastik berbahan aman dan mainkan dengan menggulirkan bergantian dari Anda kepada bayi. Atau gulingkan bola tersebut hingga ke kamar supaya bayi bisa mengejarnya.

* Barang Rumah. Cari salah satu barang di dapur yang menjadi favorit si kecil. Mangkuk plastik, cangkir takar, atau sendok kayu mungkin dapat membuat Si Kecil lebih bahagia.

* Balok Susun. Tunjukkan pada bayi Anda bagaimana menyusun dan membongkar balok. Susunlah balok-balok itu ke dalam kontainer (kotaknya) dan keluarkan, lalu ajak ia untuk menyusunnya kembali.

* Mainan Bergerak. Mobil-mobilan, kereta, motor-motoran atau mainan yang bisa mengeluarkan sesuatu, baik jika dimainkan oleh bayi yang baru saja merangkak.

* Buku. Inilah masa dimana membaca buku menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi Anda dan si kecil. Setelah membacanya Anda bisa memberi buku pada si kecil agar ia bisa membalik-balikkan halamannya.

10 sampai 12 bulan

Di usia 9 atau 10 bulan, bayi biasanya sudah bisa dan hapal bagaimana ia harus menuju ke kamar, dengan merangkak atau merayap menggunakan satu furnitur ke furnitur lainnya. Menginjak usia 12 bulan, banyak bayi yang sudah bisa berjalan dengan baik.

Ditingkat usia ini bayi Anda mulai belajar menggunakan sebuah obyek sebagai alat. Misalnya mendorong bola dengan sendok atau memainkan wortel di piring menggunakan sendok. Mereka juga mulai menyukai permainan interaktif. Gelitik pinggangnya, pasti ia akan menggelitik balik pinggang Anda. Atau bicaralah di gagang telepon/ponsel, lalu berikan itu ke si kecil. Pasti ia akan ikut bergumam dan mengoceh.

Keterampilan menyelesaikan masalahnya semakin berkembang baik. Sekarang ia lebih suka meneliti mainan yang berada di dalam sebuah kotak dibandingkan sekedar meraih kotaknya. Ia juga sudah mulai mengenal beberapa kata dan nama-nama benda yang dikenalnya dengan baik. Dengan dua kaki atau merangkak, bayi di usia ini sangat senang merasakan kebebasan bergerak untuk meraih dan menyentuh apapun yang dilihatnya berada diluar jangakauannya. Jadi sediakan mereka jenis mainan:

* Mainan yang Bisa Didorong-dorong. Mainan jenis ini memberi kesempatan pada bayi untuk mengasah keterampilan barunya, yakni berjalan. Anda bisa menyediakan mainan ‘truk-trukan’ atau mobil-mobilan berukuran besar.

* ‘Bola Bersegi’. Ada jenis permainan yang berbentuk bola tapi tidak bersisi bulat, namun bersegi 12 karena setiap seginya mewakili berbegai bentuk (bulat, kotak, segitiga, dsb). Mainan jenis ini akan mengasah keterampilan Si Kecil dalam menyelesaikan masalah, karena ia melihat bola tidak bergulir tak seperti yang biasa ia lihat.

* Bola. Bermain bola akan semakin menarik perhatiannya, bila Anda mengajak bermain sambil berdiri.

* ‘Telepon-teleponan’. Semua bayi sangat senang mengimitasi perilaku orangtuanya. Apalagi meniru Anda yang sedang bertelepon. Belikan mainan ini agar ia bisa berimajinasi lewat kata-katanya yang belum jelas terucap dan bermain dengan tombol-tombol nomornya. Semakin terlihat asli bentuk telepon, semakin baik.

* Buku-buku. Di tahapan usia ini, rasa keingintahuan anak-anak sangatlah besar. Sediakan buku-buku berjenis ‘flip & flap’ di dalamnya. Misalnya ada kandang ayam yang bisa dibuka pintunya, dan sebagainya.

* Balok-balok. Mainan ini memberi kesempatan bagi si kecil untuk melatih seni menumpuk. Ia mungkin bisa menumpuk sekaligus tiga balok atau empat, dan jatuhnya balok-balok tersebut (dikarenakan mungkin tak disusun dengan baik) akan memberinya kepuasan tersendiri.

* Ember-Sekop. Jika si kecil sangat hobi bermain ‘mengisi dan membuang’, inilah mainan yang akan sangat digemarinya. Sediakan juga di rumah boks pasir atau ajak ia bermain ke pantai atau taman untuk memainkannya.

13 sampai 18 bulan

Di tingkat usia ini Si Kecil akan membuat Anda sibuk luar biasa. Ada saja yang dilakukannya, berlari melesat keluar pagar, menaiki tangga dan sejenisnya. Tak ada hari yang akan Anda lewatkan tanpa cemas dan mengawasinya berjalan. ‘Sangat aktif’ itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisinya sekarang. Di usia ini mungkin ia akan sangat menyukai bola, ayunan dan tangga panjat.

Kedua tangannya juga semakin terkoordinasi dengan baik. Gerakannya menjadi lebih efisien; mampu menyusun balok dengan baik dan mulai bisa menggambar. Permainannya lebih banyak bersifat eksperimentasi, misalnya “Apa yang terjadi kalau bola itu aku jatuhkan?” atau ”Apa yang terjadi jika pengungkit ini kutarik?” Ia sangat menikmati konsekuensi perbuatannya, dan karena kemampuan mengingatnya belum berkembang baik maka jangan heran kalau ia selalu mengulang-ulang apa ang diperbuatnya.

Batita juga senang memperhatikan apa yang dilakukan orang dewasa. Jadi sebaiknya pilihkan permainan yang mengimitasi (mewakili) kehidupan sehari-hari:

* ’Bata’ Susun. Bata yang terbuat dari karton ini cukup membuatnya senang karena bisa disusun menjadi sebuah ‘dinding’, benteng atau apapun yang diinginkannya. Tapi bagian yang paling memuaskan dari prosesnya adalah ketika ia melihatnya (dinding) runtuh.

* Mainan ‘Tarik dan Dorong’. Mainan ‘mobil-mobilan’ atau kereta dorong akan memperkuat kemampuannya untuk menggunakan seluruh anggota tubuhnya.

* Mainan ‘Pilah & Pilih’. Batita akan senang melakukan kegiatan memilah, memilih, menyusun dan kemudian mengacaknya lagi. Mainan jenis ini—balok susun, menyesuaikan bentuk segi, dsb—mengasah keterampilan ‘menyelesaikan masalah’.

* Prosotan. Ini merupakan media untuk beraktivitas yang paling disukai anak-anak; memanjat, bersembunyi, dan meluncur. Semuanya mengasah keterampilan motorik kasarnya. Memang agak sedikit mahal, namun kini sudah cukup banyak taman bermain yang menyediakan mainan seperti itu. Anda bisa mengajak si kecil ke sana di akhir pekan.

* Bola. Bola yang mudah dipegang—bukan yang terbuat dari karet atau vinyl—akan sangat disukai oleh anak-anak pada tingkat usia ini. Inilah masa dimana Anda dapat memperkenalkan gerakan ‘menangkap’ pada si kecil.

* Krayon dan Buku Gambar. Ayo asah tulisan ‘cakar-ayam’-nya! Sediakan krayon (yang bisa dibersihkan dengan mudah) dan kertas yang ditempel di lantai (supaya tidak bergeser).

* Sepeda Roda Tiga/Mobil ‘Genjot’. Pilih yang ada tangkai pendorong di belakangnya dan diberi ‘music-box’ atau bel aneka bunyi.

* Mainan Perkakas/’Kitchen Set’. Mainan martil, kunci Inggris, tang, kompor, panci, gelas dan sejenisnya merangsang perilaku imitatifnya terhadap perilaku orang dewasa.

* Buku Bergambar. Si Batita akan bertambah senang melihat buku-buku bergambar yang menampilkan obyek-obyek dan aktivitas yang diakrabinya. Dia mungkin juga akan bertambah bangga kalau sekarang koleksi bukunya bertambah banyak dan bisa memilih sendiri buku yang ingin Anda bacakan..

19 sampai 24 bulan

Si kecil sedang senang-senangnya mengembangkan independensi dalam dirinya. Semua hal selalu ingin ia lakukan sendiri. Tapi Anda tetap harus mengingatkan bahwa ia punya keterbatasan dan suatu ketika ia pun akan datang kepada Anda untuk minta bantuan.

Ia juga akan mulai belajar bahwa ia bisa melakukan apa saja dengan tangannya. Memencet-mencet tombol remote, membuka dan menutup pintu atau memainkan tombol lampu adalah tindakan yang cukup akan membuat Anda pusing kepala. Mainan-mainan yang memiliki bagian-bagian terbuka-tertutup—buku ’flip-flap’, pop-up, bongkar pasang, mobil-moblan dengan pintu yang bisa terbuka, mainan ’kitchen-set’—adalah jenis yang bia membantunya bereksplorasi.

Di tahapan usia ini, anak belajar dari permainan tak berstruktur, karena itu sediakan ia mainan-mainan seperti ini:

* ‘Tea Set’ atau Rumah-rumahan. Mainan jenis ini akan merangsang daya imajinasinya. Mereka akan meniru perilaku orang dewasa yang sedang meminum teh, mulai dari meracik hingga menyajikannya. Atau mencoba menata furnitur rumah (mini) sekehendak hati mereka.

* Balok Besar dan Kecil. Memainkan balok-balok (bergambar atau bernomor) akan menstimulasi kemampuannya untuk menangani sesuatu. Dalam hal bermain balok-balok, ia akan belajar menggenggam, menumpuk dan memilah dengan baik.

* Alat Musik Mini. Secara umum, anak-anak sangat menyukai musik. Berikan mereka gitar mini, piano keyboard, drum mini, marakas, dsb.

* Puzzles. Puzzle adalah merupakan salah satu cara terbaik untuk memberi kepuasan tersendiri untuk si kecil. Mampu mencocokkan susunan potongan gambar sesuai tempatnya adalah sebuah kesenangan luar biasa bagi si kecil. Pilihlah jenis puzzle yang memiliki corak sederhana dan mudah ditempelkan.

* Buku Bersuara dan CD. Banyak buku-buku interaktif elektronik yang bila gambar tertentunya disentuh dengan pulpen khusus akan menghasilkan suara. Buku-buku jenis tersebut sudah banyak terjual ditoko-toko buku. Buku jenis ini tentunya akan menyenangkan hati anak-anak, karena ia akan merasa takjub mendengar suara-suara yang dianggapnya baru. Berikan juga CD-CD interaktif yang bisa dimainkan bersama Anda di komputer.

* ‘Kereta-keretaan’. Dengan mainan jenis ini anak belajar mengasah kecekatannya menjalankan kereta-keretaan sekaligus mengatur lalu lintas pergerakan mobil (mobilan). Ia bisa memanfaatkan sudut-sudut lemari, kolong sofa, dan lain-lain sebagai perlintasan.

* Krayon dan Buku Gambar. Si kecil semakin tertarik untuk membuat karyanya sendiri. Dinding, koran, furnitur atau lantai, pasti menjadi kanvas favoritnya. Jika sudah seperti ini sediakan alat tulis dan gambar serta kertas ukuran besar/lebar yang bisa ditempelkan di meja atau dinding di kamar tidurnya.

25 sampai 30 bulan

Si kecil sekarang sudah berusia 2 tahun, dan kini ia bertambah asertif (tegas/terlihat jelas sikapnya). Tapi ia juga akan mengalami tantangan besar melawan keinginannya untuk mandiri di satu sisi, dengan kebutuhannya untuk tetap meminta bantuan dari orang lain, di sisi lain. Kalau Anda sering melihatnya mengulang-ulang aktivitas atau sebuah perilaku, itu artinya ia sedang menguji batasnya.

Bersamaan dengan munculnya kemandirian, keterampilan berbahasanya juga meningkat. Sekarang ia sudah bisa berbicara dengan kalimat pendek dan pandai mengungkapkan maksudnya jika ia menginginkan sesuatu. Ia bisa minta dibuatkan susu atau menawar untuk tidak tidur siang. Tapi ia masih belum paham konsep waktu seperti ’bulan depan’ atau ’tahun depan’.

Ia juga sudah dapat membayangkan sesuatu dengan gambar di pikirannya, mengatur posisi peletakan mainannya berdasarkan ukuran besarnya atau mengelompokkan warna. Daya ingatnya akan semakin meningkat, ia dapat menceritakan apa yang ia makan saat makan siang kepada Anda. Anak-anak usia 2 tahun juga biasanya sudah bisa berhitung hingga 10.

Anak-anak usia batita juga amat tersemangati dengan dongeng-dongeng. Karenanya pilihkan jenis mainan yang bisa menyalurkan energinya dan mainan yang bisa mengembangkan daya pikirnya.

* Mainan yang Bisa Dikendarai. Mereka masih suka mendorong dan menarik mainan-mainan beroda. Sepeda roda tiga, gerobak dorong atau mobil ‘genjot’ masih sangat disukainya. Pilihlah mainan yang memberi keseimbangan cukup bagi anak.

* Bola. Mainan ini masih jadi mainan favoritnya. Namun cara memainkannya kini sudah bisa ia buat lebih teratur dari sebelumnya. Ia sudah dapat melemparnya dengan cara yang benar dan tepat. Beberapa anak di usia ini bahkan sudah bisa bermain ’lempar-tangkap’ bola. Membelikannya satu set bola basket lengkap dengan jaring mininya atau set futsal lengkap dengan gawang mininya, akan membuatnya tambah bergairah bermain.

* Perangkat Seni. Jika dulu ia memiliki koleksi pensil warna atau krayon, kini saatnya memperkenalkan karya seni padanya. Ajak mereka untuk menciptakan karya seni dengan menggunakan cat air, sagu kanji yang diberi warna tau lilin lempug. Sediakan juga sebuah area khusus untuk kegiatan ini di rumah Anda. Biarkan ia bereksperimen dan berkreasi dengan segala kekacauannya.

* Instrumen Perkusi. Inilah saat dimana musik dapat menginspirasi si kecil untuk berjoget, bertepuk tangan, berputar, beringkrak-jingkrak bahkan berteriak. Beri mereka drum mini, tamborin atau kendang mini untuk merangsang energi barunya. Bereksperimen dengan beragam bunyi dari berbagai macam jenis alat musik menuntun anak mengenal tempo irama.

* Kostum. Bermain peran (pura-pura) akan menjadi kesenangan baru si kecil saat ini. Belikan ia baju dokter, baju superhero, topi, topeng hero dan sebagainya. Simpan semuanya di lemari khusus supaya sekali waktu bisa dimainkan bersama Anda atau teman-temannya.

* Mainan Perkakas/’Tea Set’. Mainan martil, kunci Inggris, tang, kompor, panci, gelas, replika penyedot debu atau ’tea set’ merangsang perilaku imitatifnya terhadap perilaku orang dewasa. Ajak ia bermain sebagai montir atau tukang kayu atau siapkan juga sebuah pesta kecil agar ia bisa menjadi koki dan tuan rumah yang baik dalam acara itu.

* Mainan Konstruksi. Ada banyak jenis untuk mainan ini, Anda pasti tahu tentang itu. Ada mainan merangkai balok kecil menjadi pesawat, rumah, istana, jembatan, robot dan sebagainya.

* Puzzles. Sediakan puzzle dengan gambar yang lebih rumit, yang terdiri dari 5 atau 8 serpihan. Tidak selamanya bermain puzzle harus merangkai serpihan, tapi juga misalnya membelikan replika rumah-rumahan lengkap dengan kunci plastiknya atau boneka dengan berbagai kostum serta aksesorisnya untuk dipadu-padankan.

31 sampai 36 bulan

Selamat! Sekarang si kecil berulang tahun ke-3. Di usianya sekarang ia sudah siap dengan permainan-permainan yang lebih menantang. Lebih dari itu, jika ia sekarang sudah dapat melepas dan memakai kausnya, mencuci tangan sendiri dan menyikat gigi sendiri, itu artinya ia sudah mampu memainkan balok-balok rumit dan permainan papan (monopoli, halma, ular tanggadsb). Kebanyakan anak usia 3 tahun juga sudah bisa menggambar garis vertikal.

Ia sekarang juga sudah tumbuh menjadi pejalan kaki, ‘pelari’ dan ‘pelompat’ yang kuat dan tangkas. Bahkan mengatur keseimbangan tubuh dengan menggunakan hanya dengan satu kakinya pun mampu ia lakukan. Semua kemampuan itu dapat dipahami, bahwa sekarang merupakah saatnya untuk memberinya mainan-mainan yang berupa olahraga mini. Dia juga mungkin ingin melibatkan kawan-kawannya dalam permainan ini dan mulai bisa fokus serta mengenal satu-dua orang teman bermainnya. Permainan terstruktur mungkin cocok untuk itu.

Semakin bertambah usianya, ia semakin bertambah imajinatif. Ia tidak lagi hanya peduli dengan hal-hal yang berbau fisik (artifisial) , tapi sudah bisa mengarang cerita. Sediakan mainan-mainan seperti kostum tokoh atau profesi untuk ia mainkan dalam permainan peran/pura-pura.

* Puzzles. Batita sedang giat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan koordinasi mata-tangan. Tidak ada mainan yang lebih baik selain memberinya pasel ‘jigsaw’. Pilih yang punya serpihan besar dan simpel serta dengan gambar yang mudah dikenali.

* Papan Permainan. Anda bisa mulai mengajaknya bermain ular tangga atau monopoli dengan jenis yang lebih simpel. Sebab ditingkat usia ini proses perkembangan otaknya sedang berlangsung sangat luar biasa.

* Peralatan Dapur Mini. Anak-anak di usia ini gemar bermian peran dan pura-pura, dan salah satu hal paling sering mereka imitasi adalah perilaku Ayah dan Ibunya. Sebuah ‘kitchen set’ memberi mereka kekuasaan untuk membuat ramuan orisinil. Tambahkan dengan botol-botol bekas selai, cuka, dan sebagainya.

* Mainan Konstruksi. Kebanyakan batita sangat mahir menyusun balok, tapi bukan berrarti permainan itu sudah menjemukan buat mereka. Kini mereka lebih menyukai balok-balok yang saling terkait (Lego/Duplo), sehinga membentuk sebuah konstruksi yang semakin lama semakin tinggi.

* Perangkat Seni. Kreativitas harus dipupuk sejak dini, dan kinilah saatnya. Sediakan krayon, cat air, clay, kolase dari majalah atau Koran, kertas konstruksi atau cat jari. Pastikan semua material itu bisa dicuci sisanya dan tak beracun.

* Peralatan Luar Rumah (Outdoor). Begitu si kecil menguasai keterampilan fisik, ia akan menyukai mainan-mainan yang bisa menguji kemampuannya itu. Raket bulu tangkis, tennis atau pingpong, miniatur bola basket, bola, satu set perlatan golf mini adalah mainan-mainan yang disukainya.

* Buku. Keterampilan berbahasa dan kosa kata si kecil semakin bertambah dengan sempurna. Karena itu sangat penting untuk melimpahinya dengan buku-buku yang sesuai usianya. Anak-anak usia ini senang mengikuti narasi dan sudah mulai bisa memahami kalimat-kalimat rumit serta cerita.

baca selengkapnya......

Jenis permainan apa yang baik untuk si kecil?

Hal ini sangat tergantung pada tahapan tumbuh-kembang anak. Selama bermain digunakan oleh anak sebagai alat untuk mengenal dunianya dan ia menggunakan keterampilan tertentu, itulah petunjuk yang bisa Anda gunakan untuk memilih jenis aktivitas permainan buat si kecil. Misalnya, jika si kecil Anda yang berusia 3 bulan sedang memperkuat keterampilan meraih sebuah obyek maka sediakan mainan dengan ukuran besar dan lembut. Jika saat berusia 12 bulan ia belajar sebab-akibat, mainkan permainan petak umpet di bawah meja kursi.


Berikut ini beberapa panduan jenis permainan yang mungkin akan menarik minat si kecil:

* Bermain Sosial. Mengajak si kecil berinteraksi dengan Anda dan orang lain sangat penting di tahun pertama kehidupannya. Bayi yang baru lahir sangat senang diajak tersenyum, ditatap, dan diajak tertawa. Bayi yang dengan usia lebih tua, menikmati permainan, misalnya ‘Ciluk Baa’ atau ‘Raba-Raba Tubuh’

* Bermain dengan Obyek. Menggunakan obyek tertentu bermain sentuh, goyang, cicipi, buang dan tekan akan membuat bayi usia usia 4-10 bulan riang gembira.

* Bermain Pura-Pura. Gunakanlah benda-benda yang familiar untuk memainkan ini. Misalnya, menggunakan mobil-mobilan yang dijalankan di rumput, atau menggunakan sisir sebagai gagang telepon untuk menelepon ayahnya. Ini merupakan permainan imajinasi yang disukai oleh anak-anak usia 12 – 21 bulan.

* Bermain Simbol. Jenis permainan ini umum dilakukan pada anak usia 2 tahun. Ajak mereka memanfaatkan kotak sepatu bekas untuk dibuat menjadi bus sekolah atau ajak mereka menggigit gelang-gelang warna yang dianggap sebagai donat.

* Bermain Peran. Di usia 30-36 bulan, si aktor cilik sudah bisa diberi peran utama dalam memainkan sandiwara ‘dokter-pasien’, ‘guru-murid’ atau ‘Pak Polisi-nenek tua’.

baca selengkapnya......

Seberapa amankah mainan bayi?

Mainan adalah harta tak terkira bagi anak-anak, namun kita harus memilihkannya dengan cermat. Anda mungkin ingin tahu apa saja yang mesti diperhatikan saat memilih mainan anak. Berikut adalah panduannya:

Apakah sesuai dengan tahap perkembangan anak?

Kebanyakan jenis permainan mencantumkan label dengan keterangan ‘usia yang direkomendasi’, yang dapat digunakan sebagai panduan awal saat memilih permainan. Anda harus realistis dengan kemampuan dan tingkat kematangan yang dimiliki oleh anak ketika memilih jenis permainan. Mainan-mainan yang berproyektil (ada bagian/serpihan kecilnya) misalnya, takkan pernah cocok dimainkan oleh anak di bawah usia 4 tahun. Bahkan anak berusia 6 tahun pun belum cukup matang untuk memainkan jenis permainan tersebut. Begitu juga jika si batita Anda masih suka memasukkan benda-benda ke mulutnya, maka permainan seperti itu harus dijauhkan darinya.

Periksa Ukurannya

Sebelum usia Si Kecil mencapai 3 tahun, bentuk dari jenis permainan harus lebih besar dari ukuran mulutnya. Ini untuk menghindari bahaya tersedak (jalan nafasnya tersumbat). Untuk menentukan apakah sebuah mainan (dan bagiannya) berpotensi membuat anak tersedak, cobalah masukkan mainan (atau bagiannya) ke bagian tengah tisu kamar mandi (toilet paper roll). Jika mainan (atau bagiannya) lolos dari lubang di tengah tisu tersebut, maka artinya permainan itu tak aman.

Cek Beratnya.

Periksalah, apakah jenis permainan itu terlalu berat atau tidak untuk diangkat/dijinjing olreh anak. JIka dalam berat tentu maka akan berbahaya jika mainan itu terkena kepalanya bukan?

Pilih Mainan yang Tersambung dengan Baik.

Pastikan bagian buntut atau bagian lain dari permainan binatang-binatangan terjahit/terkelim dengan baik dan kuat, bila terbuat dari kayu/plastik pastikan catnya tidak akan mengelupas. Untuk mainan-mainan yang terbuat dari kain, pastikan tak ada kancingnya, benang yang menjurai, berpita dan bagian-bagian lain yang mudah dicabut/ditarik dan dimasukkan ke mulut si kecil.

Apakah Secara Fisik Si Kecil Sudah Pantas?

Secara tak sadar banyak orangtua yang misalnya, membelikan sepeda untuk anak yang ukurannya lebih besar dari postur anak. Dengan tujuan agar saat Si Kecil beranjak dewasa nanti tidak perlu dibelikan sepeda lagi. Padahal hal ini berpotensi mendatangkan kecelakaan serius untuk anak, jika ia secara fisik belum mampu menguasai sepeda itu.

Apakah Kondisi Mainan dalam Keadaaan Baik?

Permainan biasanya ‘diwariskan’ dari kakak ke adik atau dari saudara lain, atau malah kita membelinya di acara garage sale. Mainan-mainan seperti itu sebenarnya berpotensi akan mendatangkan bahaya. Ada baiknya, periksa cermat dan tes dulu mainan baru atau bekas pakai itu. Lihat apakah kancingnya terpasang dengan bagus (boneka), ukuran dan posisi baterenya pas, matanya (boneka) tidak terbuat dari plastik, supaya tidak mudah tertelan dan tercabut.

Apakah Mainan Itu Bertali atau Berkawat Lebih dari 10 cm ?

Kawat atau tali bisa dengan mudahnya melintang di leher anak dan membuatnya tercekik. Begitu si kecil sudah mampu berdiri bertumpu pada tangan dan kakinya, singkirkan mainan-mainan seperti itu dari boks tidurnya.

Apakah Mainan Itu Bermagnet ?
Magnet kecil dan sangat kuat kadang dipasangkan di mainan. Benda ini bisa saja copot dan tertelan
oleh anak. Dua magnet atau satu magnet dengan barang metal kecil yang tertelan bisa menempel di
dinding usus. Ini tentu dapat membuat usus terpelintir atau saling menjepit, menyebabkan lubang,
menghalangi jalannya makanan dan yang lebih bahaya jika tak dapat ditemukan dan ditangani
segera.

baca selengkapnya......

Obesitas dan Faktor Penyebab

Obesitas atau yang biasa kita kenal sebagai kegemukan merupakan suatu masalah yang
cukup merisaukan di kalangan remaja. Pada remaja putri, kegemukan menjadi
permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna yang seringkali
diartikan dengan memiliki tubuh ramping/langsing dan proporsional, merupakan idaman
bagi mereka. Hal ini semakin diperparah dengan berbagai iklan di televisi, surat kabar
dan media massa lain yang selalu menonjolkan figur-figur wanita yang langsing dan
iklan berbagai macam ramuan obat-obatan, makanan dan minuman untuk merampingkan
tubuh. Akibatnya jutaan rupiah uang dibelanjakan untuk diet ketat, obat-obatan, dan
perawatan-perawatan guna menurunkan berat badan.
Tidak berbeda dengan remaja putri, remaja pria pun takut menjadi gemuk. Bagi mereka,
pria yang memiliki bobot berlebih dianggap akan mengalami permasalahan yang cukup
berat untuk menarik perhatian lawan jenis. Banyak remaja pria yang berharap dapat
membuat tubuhnya ideal (menjadi sedikit berotot/kekar) dan keinginan mereka untuk itu
pada sebagian remaja disalurkan melalui kegiatan olah raga, namun sayangnya bagi
mereka yang kegemukan kegiatan olah raga akan terasa sebagai siksaan. Hal inilah yang
seringkali dimanfaatkan oleh para penjual produk-produk obat-obatan atau makanan
penurun berat badan dan alat olahraga ringan untuk memperlaris dagangannya.
Dengan melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, tidaklah berlebihan jika dikatakan
bahwa obesitas merupakan salah masalah rumit yang seringkali dihadapi remaja dan juga
termasuk orang dewasa. Hal ini tercermin dalam banyak dana yang dikeluarkan untuk
melakukan diet, membeli obat-obatan pelangsing dan peralatan olahraga yang bertujuan
untuk menurunkan berat badan.
Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang
disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan
tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat
badan yang lebih berat dibandingkan berat idealnya yang disebabkan terjadinya
penumpukan lemak di tubuhnya.
Dihadapkan pada obesitas, tidak jarang seorang remaja bereaksi secara berlebihan. Tidak
jarang pula mereka menjadi frustrasi karena meskipun sudah melakukan diet ketat dan
mengkonsumsi ramuan atau obata-obatan penurun berat badan, ternyata bobot tubuh
tidak kunjung susut. Apa sebenarnya yang terjadi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut
kita perlu melihat faktor-faktor yang menjadi penyebab obesitas. Menurut para ahli,
didasarkan pada hasil penelitian, obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktorfaktor
tersebut diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola
makan yang berlebih, kurang gerak / olahraga, emosi, dan faktor lingkungan
Genetik
Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya di
dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali menjumpai orangtua yang gemuk
cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor
genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal
ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak
yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan
kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi yang lahirpun
memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.
Kerusakan Pada Salahsatu Bagian Otak
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak yang
disebut hipotalamus –sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan
dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus
mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebih
mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah.
Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus
lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat
kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu
menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan
minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka
seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.
Pola Makan Berlebihan
Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat badan normal
terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu
makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan
pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk
keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang
kuat untuk mengurangi berat badan.
Kurang Gerak/Olahraga
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan olah raga secara
umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal
memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal.
Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang
dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik
memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak
berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung
mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan
mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olah raga menjadi
sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olah raga secara tidak langsung
akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olah raga
sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori,
melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal.
Pengaruh Emosional
Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dari masalah emosional yang
tidak teratasi. Orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti anak-anak makanan
dianggap sebagai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah sebagai subtitusi
untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya. Walaupun
penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus, namun sebagian orang yang kelebihan
berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis dibandingkan dengan orang yang
memiliki berat badan normal. Meski banyak pendapat yang mengatakan bahwa 0rang
gemuk biasanya tidak bahagia, namun sebenarnya ketidakbahagiaan /tekanan batinnya
lebih diakibatkan sebagai hasil dari kegemukannya. Hal tersebut karena dalam suatu
masyarakat seringkali tubuh kurus disamakan dengan kecantikan, sehingga orang gemuk
cenderung malu dengan penampilannya dan kesulitannya mengendalikan diri terutama
dalam hal yang berhubungan dengan perilaku makan.
Orang gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa
bila mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang
gemuk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam; orang dengan
berat badan yang normal makan dalam situasi yang kurang mencekam (McKenna,1999).
Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) pada kelompok orang dengan berat
badan berlebih dan kelompok orang dengan berat badan yang kurang, dengan menyajikan
kripik (makanan ringan) setelah mereka menyaksikan empat jenis film yang mengundang
emosi yang berbeda, yaitu film yang tegang, ceria, merangsang gairah seksual dan sebuah
ceramah yang membosankan. Pada orang gemuk didapatkan bahwa mereka lebih banyak
menghabiskan kripik setelah menyaksikan film yang tegang dibanding setelah menonton
film yang membosannkan. Sedangkan pada orang dengan berat badan kurang selera
makan kripik tetap sama setelah menonton film yang tegang maupun film yang
membosankan.
Lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika
seseroang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol
kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk.
Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang
obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan
kegemukan.
Nah, bagi para remaja yang kebetulan memiliki berat badan berlebih dan belum berhasil
mengurangi berat badan, janganlah merasa frustrasi. Mungkin dengan mengetahui faktorfaktor
penyebab kegemukan seperti tertulis diatas Anda akan menemukan penyebab
mengapa berat badan Anda tidak kunjung susut. Satu hal yang paling penting untuk
diingat adalah sejauh tubuh anda tidak mengidap suatu penyakit maka tidak ada yang
salah dengan tubuh yang besar (gemuk). Hal lain yang juga tidak kalah penting adalah
cobalah untuk berolahraga secara teratur dan menjaga agar emosi anda tetap terkendali.
Oke.... Semoga bermanfaat. (jp)
_________________________

dikutip dari : Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.

baca selengkapnya......

Keracunan Pada Anak

Pendahuluan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan
gejala klinis. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum
diketahui, meskipun banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan di
beberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak menggambarkan kejadian yang
sebenarnya didalam masyarakat.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama
kematian anak-anak. Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang
dilaporkan
terjadi pada anak berumur < 6 tahun, dengan kematian < 4%.
Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami
keracunan
setiap tahunnya, sedang di RS dr. Soetomo Surabaya 15 - 30 penderita anak
yang datang untuk mendapatkan pengobatan karena keracunan setiap
tahun,yang
sebagian besar karena keracunan hidrokarbon ( 45 - 60%), keracunan
makanan,
keracunan obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain.
Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas,
kulit
dan mukosa atau parenteral tetapi yang terbanyak racun masuk melalui
saluran
cerna ( 75 % ) dan inhalasi ( 14% ).Keracunan merupakan suatu keadaan
gawat
darurat medis yang membutuhkan tindakan segera, keterlambatan dalam
memberikan pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.
Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda dengan pada dewasa,
tapi
oleh karena secara alamiah terdapat perbedaan akibat dari tingkat
perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang
sedang berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian,
jenis, lokasi serta motif dari keracunan.
Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat
menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan pada anak sebagian
besar
adalah karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka usaha-usaha pencegahan
hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama dalam penanggulangan
keracunan pada anak.


Keracunan pada anak
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, terdapat perbedaan -
perbedaan baik fisik, fisiologis maupun psikologis dengan orang dewasa.
Fungsi organ-organ tubuh belum matang, demikian pula dengan fungsi
pertahanan tubuh yang belum sempurna. Pada anak terdapat faktor-faktor
yang
mempermudah terjadinya keracunan,yaitu :


· Perkembangan kepribadian anak usia 0 - 5 tahun masih dalam fase
oral sehingga ada kecenderungan untuk memasukkan segala yang dipegang
kedalam mulutnya.

· Anak-anak masih belum mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya
(
termasuk disini anak dengan retardasi mental.

· Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

· Anak-anak pada usia ini mempunyai sifat negativistik yaitu
selalu
menentang perintah atau melanggar larangan.


Oleh karena sifat-sifat tersebut maka keracunan pada anak lebih sering
karena kecelakaan (accidental poisoning ),sedang pada dewasa keracunan
lebih
sering karena pekerjaannya (occupational poisoning) dan pembunuhan atau
usaha bunuh diri.
Pada anak kecil jarang terjadi keracunan karena usaha bunuh diri atau
pembunuhan, walaupun pernah dilaporkan melalui media massa adanya
pembunuhan
anak dengan jalan memberi racun oleh ibu yang putus asa sebelum kemudian
dia
bunuh diri.

Penyebab keracunan
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa
banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunaan adalah :


· Makanan

· Bahan-bahan kimia

· Obat-obatan

· Bahan-bahan keperluan rumah tangga ( Household poison )


Oleh karena anak kecil lebih sering berada dirumah maka keracunan yang
terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh bahan-bahan yang ada dirumah
atau
sekitar rumah.
Di RSUD dr. Soetomo keracunan yang paling sering terjadi adalah keracunan
minyak tanah ( > 45% ) sama seperti laporan dari center-center lain.


Penatalaksanaan keracunan


I. Tindakan emergensi :
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan
atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi
jaringan.

II. Identifikasi penyebab keracunan.
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha
penyelamatan
penderita yang harus segera dilakukan.

III. Eliminasi racun.

1. Racun yang ditelan

1. Rangsang muntah
Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelan
bahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsang
muntah kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang menghambat
motilitas ( memperpanjang pengosongan ) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum
mole atau dinding belakang faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian
obat- obatan :

1. Sirup Ipecac
Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan.
Pada anak usia 6 - 12 bulan 10 ml
1- 12 tahun 15 ml
> 12 tahun 30 ml
Pemberian sirup ipecac diikuti dengan pemberian 200 ml air putih. Bila
sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada anak diatas 1 tahun pemberian
ipecac dapat diulangi.

2. Apomorphine
Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%,dapat menyebabkan
muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB
secara
subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah :

1. Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut
mengandung
bahan-bahan yang berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandung
halogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida.

2. Keracunan bahan korossif

3. Keracunan bahan-2 perangsang CNS ( CNS stimulant , seperti
strichnin
)

4. Penderita kejang

5. Penderita dengan gangguan kesadaran

1. Kumbah lambung
Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan
bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat
pengosongan
lambung.
Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :

· Keracunan bahan korosif

· Keracunan hidrokarbon

· Kejang

Pada penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita- penderita dengan
resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi dengan cara pemasangan pipa
endotracheal.
Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri,
kemudian
di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran 24 - 36 Fr, pencucian lambung
dilakukan dengan cairan garam fisiologis ( normal saline/ PZ ) atau ½
normal
saline 100 ml atau kurang berulang-ulang sampai bersih.

3. Pemberian Norit ( activated charcoal )
Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit harus menunggu
paling
tidak 30 - 60 menit sesudah emesis.
Dosis 1 gram/kg BB dan bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan,
diberikan per oral atau melalui pipa nasogastrik.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan :

· Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat,
antiinflamasi non steroid,morphine,propoxyphene.

· Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine,
chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate.

· Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis,
quinine, theophylline, cyclic anti - depressants
Norit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat
dan
alkohol.

4. Catharsis
Efektivitasnya masih dipertanyakan.
Jangan diberikan bila ada gagal ginjal,diare yang berat ( severe diarrhea
),
ileus paralitik atau trauma abdomen.

5. Diuretika paksa ( Forced diuretic )
Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine
).
Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,hati-hati
jangan sampai terjadi overload cairan.
Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis
paksa.
Kontraindikasi : udema otak dan gagal ginjal

6. Dialysis
Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa hasil.
Bermanfaat hanya pada bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis (
dialysa ble toxin ) seperti phenobarbital, salisilat, theophylline,
methanol, ethylene glycol dan lithium.
Dialysis dilakukan bila :

· Asidosis berat

· Gagal ginjal

· Ada gejala gangguan visus

· Tidak ada respon terhadap tindakan pengobatan.

7. Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan jarang digunakan.


2. Racun yang disuntikkan atau sengatan

· Immobilisasi

· Pemasangan torniquet diproksimal dari suntikan

· Berikan antidotum bila ada


3. Racun pada kulit dan mata
Lepaskan semua yang dipakai kemudian bersihkan dengan sabun dan siram
dengan
air yang mengalir selama 15 menit.
Jangan diberi antidotum.



4. Racun yang dihisap melalui saluran nafas
Keluarkan penderita dari ruang yang mengandung gas racun.
Berikan oksigen. Kalau perlu lakukan pernafasan buatan.


IV. Pemberan antidotum kalau mungkin

V. Pengobatan Supportif

· Pemberian cairan dan elektrolit

· Perhatikan nutrisi penderita

· Pengobatan simtomatik ( kejang, hipoglikemia, kelainan
elektrolit
dsb.)


Diagnosa
Penegakan diagnosa dari keracunan seringkali dengan mudah dapat ditegakkan
karena keluarga atau pengantar penderita sudah mengatakan penyebab
keracunan
atau membawa tempat bahan beracun kepada dokter.Tapi kadang-kadang kita
menemui kesulitan dalam menentukan penyebab keracunan terutama bila
penderita tidak sadar dan tidak ada saksi yang mengetahui kejadiannya.
Diagnosa dari keracunan terutama didasarkan pada anamnesa yang diambil
dari
orang tua, keluarga,pengasuh atau orang lain yang mengetahui kejadiannya.
Pada anamnesa ditanyakan kapan dan bagaimana terjadinya, tempat kejadian
dan
kalau mungkin mencari penyebab keracunan.
Ditanya pula kemungkinan penggunaan obat-obatan tertentu atau resep yang
mungkin baru didapat dari dokter. Diusahakan sedapat mungkin agar tempat
bekas bahan beracun diminta untuk melihat isi bahan beracun dan kemudian
diselidiki lebih lanjut.
Pemeriksaan fisik sangat penting terutama pada penderita-penderita yang
belum jelas penyebabnya.
Selain pemeriksaan fisik rutin dicari pula tanda-tanda khusus pada
keracunan-keracunan tertentu seperti :

· B A U :

· Aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid

· Coal gas : Carbon monoksida

· Buah per : Chloralhidrat

· Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat

· Alkohol : Ethanol, methanol

· Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak

· K U L I T :

· Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik

· Berkeringat : Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat

· Kering : Anticholinergik

· Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida

· Ikterus : Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur

· Purpura : Aspirin,warfarin, gigitan ular

· Sianosis : Nitrit, nitrat,fenacetin, benzocain

· SUHU TUBUH :
Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida,clonidin,
fenothiazin
Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain,
fenothiazin,theofilin

TEKANAN DARAH :
Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin
Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-
blocker

N A D I : Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker,
ethchlorvynol
Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain,
aspirin, theofilin
Arithmia :
Anticholinergik,organofosfat,fenothiazin,carbonmonoksida,cyanida,beta-blocke
r

SELAPUT LENDIR :
Kering : Anticholinergik
Salivasi : Organofosfat, carbamat
Lesi mulut : Bahan korosif, paraquat
Lakrimasi : Kaustik, organofosfat, gas irritan

RESPIRASI :
Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida
Kussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat

OEDEMA PARU : Salisilat, narkotika, simpatomimetik

SUS. SARAF PUSAT:
Kejang : Amfetamin, fenothiazin, cocain, camfer, tembaga, isoniazid,
organofosfat, salisilat, antihistamin, propoxyphene.
Miosis : Narkotika ( kecuali demerol dan lomotil ),fenothiazin,
diazepam,organofosfat (stadium lanjut), barbiturat,jamur.
Midriasis : Anticholinergik,simpatomimetik,cocain,methanol,lSD,
glutethimid.
Buta,atropi optik : Methanol
Fasikulasi : Organofosfat
Nistagmus : Difenilhidantoin,barbiturat,carbamazepim,ethanol,carbon
monoksida,ethanol
Hipertoni : Anticholinergik,fenothiazin,strichnyn
Mioklonus,rigiditas : Anticholinergik,fenothiazin,haloperidol
Delirium/psikosis :
Anticholinergik,simpatomimetik,alkohol,fenothiazin,logam
berat,marijuana,cocain,heroin,metaqualon
Koma : Alkohol,anticholinergik,sedatif
hipnotik,carbonmonoksida,Narkotika,anti depressi
trisiklik,salisilat,organofosfat
Kelemahan,paralise: Organofosfat,carbamat,logam berat

SAL.PENCERNAAN :
Muntah,diare, : Besi,fosfat,logam berat,
jamur,lithium,flourida,organofosfat
nyeri perut

Berikut akan kami bahas beberapa keracunan khusus yang sering dijumpai :

KERACUNAN HIDROKARBON
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak
tanah,bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api.
Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari irritasi pulmonal dan
depressi susunan saraf pusat.

1. Irritasi pulmonal :
batuk,sesak,retraksi,tachipneu,cyanosis,batuk darah dan udema paru.
Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua
lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.

2. Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai
koma,kadang-kadang disertai kejang.

3. Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare.


Penatalaksanaan :

1. Rangsangan muntah pada keracunan hidrokarbon masih merupakan
kontroversi karena bahaya terjadinya aspirasi pneumonia, karena itu
rangsang
muntah tidak dianjurkan pada keracunan hidrokarbon,kecuali bila yang
ditelan
cukup banyak > 1 ml/kg BB atau bila hidrokarbon yang ditelan tercampur
atau
merupakan bahan pelarut dari bahan beracun yang berbahaya seperti pada
pestisida maka rangsangan muntah atau kumbah lambung harus segera
dilakukan
dengan perlindungan jalan nafas.

2. Berikan norit 1 gram/kg BB

3. Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau
berat bisa dilakukan intubasi dan pemberian nafas buatan dengan
ventilator.

4. Antibiotika
Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada keracunan
hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan penderita memang
sangat berat, membutuh kan bantuan pernafasan dengan alat atau anak-anak
dengan immunocompromized.

5. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid juga masih merupakan kontroversi, hanya diberikan
pada keadaan-keadaan yang sangat berat,sangat sesak atau udema paru.


KERACUNAN INSEKTISIDA
Seiring dengan semakin meningkatnya penggunaan insektisida dalam usaha
intensifikasi pertanian maka kejadian keracunan insektisida juga semakin
banyak dijumpai.
Pembahasan disini akan dibatasi lebih banyak pada keracunan organofosfat
yang lebih banyak dipakai dan dijumpai.Racun serangga organofosfat sering
dicampur dengan bahan pelarut minyak tanah sehingga pada keracunan
organofosfat harus pula diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan
keracunan minyak tanah selain organofosfatnya sendiri.


ORGANOFOSFAT
Organofosfat menyenabkan fosforilasi dari ester acetylcholine esterase (
sebagai choline esterase inhibitor ) yang bersifat irreversibel sehingga
enzim ini menjadi inaktif dengan akibat terjadi penumpukan acetylcholine.
Efek klinik yang terjadi adalah terjadi stimulasi yang berlebihan oleh
acetylcholine.

Gejala klinis :

1. SLUDGE : salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, gejala GI tract dan
emesis

2. Miosis

3. Bronchokonstriksi dengan sekresi berlebihan, anak tampak sesak dan
banyak mengeluarkan lendir dan mulut berbusa dan bau organofosfat yang
tertelan ( bawang putih/garlic )

4. Bradikardia sampai AV block

5. Lain-lain : hiperglikemia,fasikulasi,kejang,penurunan kesadaran
sampai koma.

6. Depressi pusat pernafasan dan sistem kardiovaskular


Penatalaksanaan :

1. Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dan
siram dengan air yang mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi
sampai 6 jam.

2. Lakukan kumbah lambung,pemberian norit dan cathartic

3. Atropinisasi
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor
muscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik.
Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05 mg/kg BB
IV
pelan-2 dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit sampai
atropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila :

· Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan

· Pupil dilatasi

· Mukosa mulut kering

· Heart rate meningkat
Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan
respon penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis
penderita,atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara
bertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa terjadi gagal nafas
karena atropin tidak mempunyai pengaruh terhadap efek nikotinik (
kelumpuhan
otot ) organofosfat.

4. Pralidoxim
Bekerja sebagai reaktivator dari cholin esterase pada neuromuscular
junction
dan tidak mempengaruhi fungsi CNS karena tidak dapat melewati blood brain
barrier.
Diberikan sesudah atropinisasi dan harus dalam < 36 jam paparan.
Dosis pada anak < 12 tahun 25 - 50 mg/kgBB IV,diulangi sesudah 1 - 2
jam,kemudian diberikan setiap 6 - 12 jam bila gejala masih ada.

5. Tidak boleh diberi morphine ( depressi pernafasan ),
methylxanthine
( menurunkan ambang kejang ), loop diuretic.

6. Pemberian oksigen kalau ada distres nafas,kalau perlu dengan
pernafasan buatan.

7. Pengobatan supportif :

· Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV.

· Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.


Keracunan carbamate ( Baygon )
Seperti organofosfat tetapi efek hambatan cholin esterase bersivat
reversibel dan tidak mempunyai efek sentral karena tidak dapat menembus
blood brain barrier.
Gejala klinis sama dengan keracunan organofosfat tetapi lebih ringan dan
waktunya lebih singkat.
Penatalaksanaannya juga sama seperti pada keracunan organofosfat


KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan dapat terjadi karena :

1. Makanan tersebut memang mengandung zat-zat kimia yang berbahaya (
singkong, jamur dsb.)

2. Timbul zat beracun dalam makanan tersebut karena proses pengolahan
dan penyimpanan

3. Makanan tercemar oleh zat beracun baik disengaja ( pengawet,zat
warna,penyedap ) ataupun tidak disengaja (salmonella, staphylococcus dsb.)


KERACUNAN KETELA POHON
Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic unamarine (
mengandung HCN ).

Gejala klinis :

· Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan
kematian dengan cepat

· Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan
sesak


· Pernafasan cepat dengan bau khas ( bitter almond )

· Kejang, lemas, berkeringat,mata menonjol dan midriasis

· Mulut berbusa bercampur darah

· Warna kulit merah bata ( pada orang kulit putih ) dan sianosis


Penatalaksanaan :

Bebaskan jalan nafas,perbaiki sirkulasi dan beri oksigen.
Eliminasi racun ( rangsang muntah, kumbah lambung, pemberian norit )
Pemberian antidotum
Sodium thiosulfat 10 % 0,5 ml/kg/BB/kali IV pelan-pelan
Sodium nitrit 3 x 10 ml IV pelan-pelan


KERACUNAN JENGKOL
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat di
tubuli,ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan
jengkol.

Gejala klinik :

· Sakit pinggang,nyeri perut,muntah,kencing sedikit-sedikit dan
terasa sakit

· Hematuria,oliguria sampai anuria dan kencing bau jengkol

· Dapat terjadi gagal ginjal akut


Penatalaksanaan :

· Rangsang muntah

· Kumbah lambung

· Beri norit

· Alkalinisasi : Nabic 3 - 5 meq /kgBB, bila penderita masih bisa
minum dapat diberi Nabic per oral 4 x 500 mg

· Pemberian cairan

· Tidak ada antidotum spesifik


BOTULISME
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat dalam
makanan kaleng yang rusak atau tercemar kuman tersebut.

Gejala klinik :

· Mata kabur,refleks cahaya menurun atau negatif,midriasis dan
kelumpuhan otot-otot mata

· Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik

· Dysphagia, dysarthria

· Kelumpuhan ( general paralyse )


Penatalaksanaan :

· Tindakan emergensi ( ABC )

· Eliminasi racun

· Antitoksin terhadap botulisme 10 - 50 ml IV pelan-pelan

· Guanidine hidrochloride 15 - 35 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 3
dosis, berguna untuk melawan efek blokade neuromuskular.


SALISILAT
Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah :

· Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan
rasa yang disukai anak-anak ditambah dengan gencarnya usaha promosi
melalui
media massa.

· Penggunaan obatt-obatan yang mengandung salisilat secara
berlebihan oleh orang tua yang tidak mengetahui bahaya salisilat.

· Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga
yang
murah.

Dosis toksis salisilat : 150 - 200 mg/kgBB
Dosis fatal salisilat : 250 - 400 mg/kgBB

Salisilat dapat menyebabkan :

· Irritasi G I Tract

· Stimulasi CNS

· Mempengaruhi metabolisme karbohidrat

· Meningkatkan kecepatan metabolisme

· Gangguan pembekuan darah

· Kelainan ginjal,bisa menyebabkan gagal ginjal akut

· Kelainan asam basa dan elektrolit

· Udema paru

· Hiperthertmia


Gejala klinik :

Sal.pencernaan : mual,muntah nyeri perut,dehidrasi dan perdarahan saluran
pencernaan.
Sus saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam,tinnitus, disorientasi,
delirium,kejang sampai koma.
BMR meningkat : tachipnea,tachikardia,panas dan berkeringat
Gangguan metabolisme karbohidrat : Ekskresi asam organik dalam jumlah
besar,hipoglikemia atau hiperglikemia, ketosis.
Gangguan koagulasi :

· Gangguan aggregasi thrombosit

· Thrombositopenia

· Faktor VIII menurun

· Kapiler lebih fragil

Gangguan elektrolit : hiponatremia,hipernatremia,hipokalsemia atau
hipokalemia

Pemeriksaan laboratorium :

· Tes Ferrichloride : tambahkan ferri chloride 10% pada urine.
Tes positif bila urine kemudian berwarna ungu

· Pemeriksaan darah lengkap,urinalysis,gula darah,analisa gas
darah,
BUN-kreatinin serum, elektrolit serum (termasuk kalsium) dan LFT.

· X foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.


Penatalaksanaan :

· Rangsang muntah dilanjutkan dengan kumbah lambung dan pemberian
norit.

· Pemberian cairan : tujuannya adalah untuk mendapatkan diuresis 3
-
6 ml/kgBB dengan pemberian cairan maintenance 100 ml/jam.

Kontraindikasi forced diuresis : udema otak dan udema paru.

n Alkalinisasi : pH urine optimal yang diingikan adalah 8,0 - 8,5

n Terapi supportif :

n Hipoglikemia : Glukosa 40 -50 % 1 - 2 ml/kgBB IV.

n Kejang : Diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.

n Tetani : Gluconas Calcicus 10% 0,5 ml/kgBB IV.

n Hiperpireksia : Kompres dingin

n Dialisis dilakukan hanya pada kasus-kasus berat yang tidak
berhasil
dengan tindakan-tindakan diatas.


UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN
Karena anak-anak lebih sering berada dirumah maka keracunan pada anak
lebih
sering terjadi dirumah atau lingkungan sekitar rumah dan disebabkan oleh
bahan-bahan yang banyak didapat dirumah.
Menurut tempat terjadinya maka keracunan pada anak lebih sering terjadi di
:


· Dapur ( 40% )

· Kamar mandi ( 21% )

· Kamar tidur ( 12% )

· Tempat lain ( 26% )

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada keracunan pada anak dalam upaya
pencegahan keracunan adalah :

· Keracunan yang terjadi pada umumnya adalah kecelakaan.

· Keracunan terjadi didalam atau sekitar rumah.

· Bahan-bahan yang menyebabkan keracunan adalah bahan-bahan yang
banyak didapatkan dirumah atau disekitar rumah.

Dari hal-hal tersebut diatas maka keracunan pada anak bisa dikatakan
terutama terjadi akibat kelalaian orang tua atau pengasuh anak. Oleh
karena
itu peran orang tua atau pengasuh anak dalam usahapencegahan keracunan
sangat penting.

Upaya-upaya pencegahan keracunan pada anak :

I. Memberikan informasi secara intensif kepada orang tua atau orang
yang bertanggung jawab dalam perawatan anak dan kepada masyarakat mengenai
:


· Keracunan pada anak, bagaimana terjadinya,akibat- akibat yang
terjadi serta bagaimana mencegahnya

· Bahan-bahan yang potensial dapat menyebabkan keracunan yang
terdapat didalam atau sekitar rumah yang seringkali tidak diketahui oleh
orang tua.

· Pengetahuan sederhana bagaimana memberikan pertolongan pertama
bila terjadi keracunan.

II. Produsen bahan-bahan beracun
Para produsen bahan-bahan yang potensial dapat menyebabkan keracunan agar
membuat label dan keterangan serta peringatan yang jelas mengenai
isi,bahaya, gejala klinis yang timbul dan tindakan yang harus segera
dilakukan bila ada tanda-tanda keracunan.

III. Menjauhkan semua bahan-bahan yang potensial beracun dari jangkauan
anak-anak :

· Menyimpan obat-obatan serta bahan berbahaya ditempat khusus yang
terkunci dan tidak bisa dijangkau anak-anak.

· Bahan-bahan beracun dan obat-obatan jangan diletakkan dalam satu
tempat dengan makanan.

· Obat-obatan dan bahan beracun harus mempunyai label yang jelas.
Bila tidak berlabel atau bila sudah tidak diperlukan lagi sebaiknya
dibuang.


· Selalu harus dilihat kembali label obat-obatan sebelum diminum.

· Jangan meletakkan larutan-larutan berbahaya dalam gelas minum.

· Bahan-bahan rumah tangga seperti minyak tanah,detergent,semir
cair, cairan pembersih kaca, obat pemutih dsb.jangan diletakkan
disembarang
tempat yang mudah dijangkau anak-anak. 75% dari keracunan bahan-bahan
rumah
tangga terjadi karena kelalaian mengembalikan bahan-bahan beracun atau
obat-obatan ketempat semula.

· Dokter dan tenaga farmasi hendaknya memberikan obat-obatan
secara
hati-hati dengan tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya keracunan.
Obat-obatan yang berbahaya hendaknya diberikan dalam jumlah yang terbatas
dan hanya cukup untuk satu kali pengobatan,terutama pada anak dengan
keterbelakangan mental.

· Harus ada perhatian khusus terhadap obat-obatan berbahaya yang
dikemas dalam bentuk yang menarik dengan rasa yang enak karena hal ini
akan
mempermudah terjadi nya keracunan. Ini merupakan 87% dari penyebab
keracunan
karena aspirin,meskipun angka kematian karena keracunan aspirin lebih
banyak
karena bentuk tablet dewasa.

· Oleh karena obat-obatan yang diberikan pada ibu hamil dapat
memberi dampak pada janin yang dikandungnya, maka pemberian obat-obatan
dan
bahan-bahan berbahaya pada ibu hamil harus hati-hati.
dikutip dari Latief Azis, dr., Sp.A(K)

baca selengkapnya......

Sunday, May 3, 2009

FASE PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

A. Pengertian
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Seangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu. Walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkunsumsi makanan, perawatan, bimbingan, perasaana aman, pencegahan penyakit dan sebaginya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya adlah faktor lingkungan. Bila lingkungan karena suatu hal menjadi buruk, maka keadaan tersebut hendaknya diubah (dimodifikasi) sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

B. Mengapa Tumbuh Kembang Anak Harus Dipelajari?.
1. Sebagai alat ukur dalam asuhan keperawatan
2. diperlukan untuk mengetahui yang normal dalam rangka mendeteksi defiasi dari normal
3. memepelajari tumbuh krmbang memberikan guide line untuk menilai rata-rata atau perubahan fisik, intelektual, soaial dan emosional yang normal
4. mengetuhi perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional merupakan penuntun bagi perawat dalam mengkaji tingkat fungsional anak dan penyesuaiannya terhadap penyakit dan dirawat di rumah sakit.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah (dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut:
faktor keturunan (herediter)
a. seks
kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak wanita berbeda dengan anak laki-laki
b. ras
anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan besar dibandingkan dengan anak keturunan bangsa Asia.
faktor lingkungan
a. lingkungan eksternal
1. kebudayaan
kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan adat kebiasaan dan tingkah laku dalam merawat dan mendidik anak.
2. status sosial ekonomi keluarga
keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola asuhan terhadap anak. Misalnya orang tua yang mempunyai pendidikan cukup mudah menerima dan menerapkan ide-ide utuk pemberian asuhan terhadap anak
3. nutrisi
untuk tumbuh kembang, anak memerlukan nutrisi yang adekuat yang didapat dari makan yang bergizi. Kekurangan nutrisi dapat diakibatkan karena pemasukan nutrisi yang kurang baik kualitas maupun kuantitas, aktivitas fisik yang terlalu aktif, penyakit-penyakit fisik yang menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan absorpsi usus serata keadaan emosi yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
4. penyimpangan dari keadaan normal
disebabkan karena adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat menggangu proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. olahraga
olahraga dapat meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi, dan menstimulasi terhadap perkembangan otot-otot.
6. urutan anak dalam keluarganya
kelahiran anak pertama menjadi pusat perhatian keluarga, sehingga semua kebutuhan terpenuhi baik fisik, ekonomi, maupun sosial.
b. lingkungan internal
1. intelegensi
pada umumnya anak yang mempunyai intelegensi tinggi, perkembangannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan yang mempunyai intelegensi kurang.
2. hormon
ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu:
somatotropin, hormon yang mempengaruhi jumlah sel untuk merangsang sel otak pada masa pertumbuhan, berkuragnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme; hormon tiroid, mempengaruhi pertumbuhan, kurangnya hormon ini apat menyebabkan kreatinisme; hormon gonadotropin, merangsang testosteron dan merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa. Sedangkan estrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanitadan produksi sel telur.kekurangan hormon gonadotropin ini dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.
3. emosi
hubungan yang hangat dengan ornag lain seperti ayah, ibu, saudara, teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh pada perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak. Pada saat anakberinteraksi dengan keluarga maka kan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila kebutuhan emosi anak tidak dapat terpenuhi

3. Pelayanan Kesehatan Yang ada di sekitar Lingkungan
Dengan adanya pelayanan kesehatan disekitar lingkungan anak dapat mempengaruhi tunbuh kembang anak, karena dengan anak diharapkan dapat terkontrol perkembangannya dan jika ada masalah dapat segera diketahui sedini mungkin serta dapat dipecahkan / dicari jalan keluarnya dengan cepat.
D. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola ini dapat merupakan dasar bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah dalam perkembangan anak ini sudah ditetapkan tetapi setiap orang mempunyai keunikan secara individu.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal dibawah ini:
1. directional trends
pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur, berhubungan dengan petunjuk atau gradien atau reflek dari perkembangan fisik dan maturasi dari fungsi neuromuscular. Prinsip-prinsip ini meliputi:
a. cephalocandal atau Head to tail direction (dari arah kepala ke kaki)
misalnya: mengangkat kepala, duduk kemudian mengangkat dada dan menggerakkan ekstremitas bagian bawah.
b. proximadistal atau near to far direction
(menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat dan pada anggota gerak yang lebih jauh dari pusat
misalnya: bahu dulu baru jari-jari
c. mass to specific atau simple to complex
(menggerakkan daerah yang lebih sederhana dulu baru kemudian yang lebih komplex)
misalnya: mengangkat nahu dulu baru kemudian menggerakkan jari – jari yang lebih sulit atau melambaikan tangan baru bisa memainkan jari.
2. sequential trends
semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui maka sequence dari tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi, dimana hal ini berjalan secara teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap tahap ini. Setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya.
Misal: tengkurap – merangkak – berdiri – berjalan.
3. masa sensitif
pada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh kembang dimana anak berinteraksi terutama dengan lingkungan yang ada, kejadian yang spesifik.
Masa-masa tersebut adalah sebagai berikut:
a. masa kritis
yaitu masa yang apabila tidak dirangsang/berkembang maka hal ini tidak akan dapat digantikan pada masa berikutnya.
b. masa sensitif
mengarah pada perkembangan dan mikroorganisme. Misalnya pada saat perkembangan otak, ibunya menderita flu maka kemungkinan anak tersebut akan hydrocepallus/encepalitis.
c. masa optimal
yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal maka akan mencapai puncaknya. Misalnya: anak usia 3 tahun/saat perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi, maka anak tersebut dapat mencapai tahap perkembangan yang optimal. Perkembangan ini berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak. Misalnya:
· ada yang lebih dulu bicar baru jalan atau sebaliknya
· ada yang badannya lebih dulu berkembang kemudian subsistemnya dan sebaliknya
· dan sebagainya.
Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambah besarnya ukuran sel, mereka membagi dan menyatu dengan protein, bertambahnya ukuran dan berat badan secara keseluruhan atau sebagian ( Donna L. Wong, 1999)

Perkembangan fisik berpengaruh secara :
Langsung
Akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak
Tidak langsung
Akan berpengaruh terhadap cara pandang dirinya terhadap keadaan dirinya sendiri dan orang lain akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak
Daur pertumbuhan utama
Ada empat periode :
Periode pra lahir s.d 6 bulan adalah periode cepat
Akhir tahun pertama pasca lahir : melambat s. d stabil yaitu antara usia 8 – 12 tahun
Usia 12 – 18 tahun : periode cepat kembali s. d usia dewasa (ledakan pubertas)
Tahap tenang : dewasa s.d lansia walau berat badan kadang berubah-ubah.

Proporsi tubuh
Masa bayi : ukuran kepala lebih besar dari badan
Masa kanak – remaja pertumbuhan kaki dan tangan lebih cepat daripada kepala
Masa dewasa : kepela lebih kecil dari badan, ukuran kepala 2 x lahir, badan 3 x ukuran lahir, lengan dan kaki 5 kali lahir, otot, tulang, paru – paru dan alat kelamin ± 20 kali lahir
Otak sempurna 10 tahun pertama, bola mata sempurna 5 tahun pertama, jantung dan anggota tubuh lainnya mencapai 20 tahun untuk mencapai kesempurnaan.
Bentuk bangun tubuh :
Endomorf : gemuk dan berat
Mesomorf : anak kekar, berat bentuk badan segitiga
Ektomorf : kurus dan bertulang panjang

Otot dan lemak
Ada tiga periode kritis pembentukan sel lemak :
3 bulan terakhir kehidupan pra lahir
2 – 3 tahun pasca lahir
antara usia 11 – 12 tahun (usia remaja)

Bila setiap periode ini terlalu banyak makan mengandung karbohidrat akan merangsang pertumbuhan sel – sel lemak yang lebih padat dan jika lemak itu sudah terbentuk akan menetap seumur hidup.

Berat Tubuh
Usia 4 bulan : 2 x BBL
Usia 1 tahun : 3 x BBL
Usia 2 – 3 tahun bertambah 2,5 kg setiap tahunnya (Perkembangan Anak : Elizabeth Hurlock)
Usia 5 tahun : 5 x BBL
Usia remaja 40 – 45 kg
Antara usia 10 – 12 tahun mendekati tahap remaja periode lemak berlangsung selama 2 tahun tapi tidak merata terutama wanita.

Gigi
Mulai erupsi usia 6 – 8 bulan
Usia 9 bulan baru 3 buah gigi
Usia 2 - 2,5 tahun : 20 gigi susu
Urutan Erupsi : gigi depan bawah
Usia 6 tahun : 1 – 2 gigi tetap
Usia 10 tahun : 14 – 16 gigi tetap
Usia 13 tahun 27 – 28 gigi tetap
Usia 17 – 25 tahun : bertambah 4 buah gigi bungsu

Makna gigi
Pengaruhnya terhadap emosi, usia 1 – 3 tahun secar emosional terganggu
Gangguan terhadap keseimbangan tubuh, akibat rasa nyeri dan tidak nyaman
Isyarat kedewasaan, munculnya gigi tetap pertanda masa kanak berganti menuju tahap dewasa
Penampilan : mencabut gigi susu yang goyang lebih cepat kan membuat gigi baru tonggos
Pengucapan kata- kata
Perkembangan susunan saraf
Masa kandungan – 4 tahun sangat pesat (jumlah dan ukuran), setelah itu pengembangan sel saraf dalam fungsi.

Perubahan pada masa remaja
Periode pubertas : usia kedewasaan berlangsung 3 – 4 tahun
Gadis berusi 12 – 14 tahun
Laki-laki berusia 13 – 15 tahun
Ada perubahan hormonal (gonadotropin dan pertumbuhan) dan organ reproduksi

Perubahan tubuh masa pubertas
1. Ukuran tubuh, pertumbuhan cepat 2 tahun sebelum kematangan organ reproduksi, penambahan tinggi 10 – 15 cm dan berat 5 – 10 kg , wanita mencapai tubuh dewasa usia 18 tahun sementara pria usia 19 – 20 tahun
2. Perubahan proporsi tubuh.
Ada yang proporsional ada yang tidak
3. Ciri kelamin utama dan sekunder

Prilaku masa puber : cenderung sulit diduga dan agak melawan norma (tahap negatif), mudah tersinggung, tidak dapat diikuti jalan fikirannya, sangat kritis, ingin mandiri, cenderung menyendiri.

Perasaan tidak nyaman, sangat memperhatikan pandangan orang lain sehingga berpengaruh terhadap jangka panjangnya dalam sikap, prilaku sosial, minat dan kepribadian.

Bahaya perkembangan fisik :
Kematian, 2 mg pertama kehidupan : masa kritis, 1 tahun pertama kehidupan akibat penyakit, 2 tahun pertama kehidupan akibat kecelakaan.
Sakit ; saluran pencernaan dan pernafasan pada bayi, usia 3 – 8 tahun rawan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari kemajuan yang sederhana ke keterampilan yang lebih kompleks melalui proses belajar

Prinsip – prinsip pertumbuhan dan perkembangan :
1. Tumbang manusia akna berjalan sesuai dengan yang diprediksikan, berkelanjutan dan berurutan.
2. Tumbang neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal atau proximodistal
3. Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian baru.
4. Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun selama periode kritis
5. Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung genetik. Lingkungan yang mempengaruhi selama masa kritis

TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN :

A. SIGMEUN FREUD (PERKEMBANGAN PSYCHOSEXUAL)
1. Fase oral (0 – 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak mendapat kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas mengisap jari dan tangannya atau benda – benda sekitarnya.

2. Fase anal (2 – 3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.

3. Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki – laki pada ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus compleks.

4. fase latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak – nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.

5. Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah muali matang, heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.

B. PIAGET (PERKEMBANGAN KOGNITIF)
Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan
berpersepsi dan kemampuan mengakses
informasi, berfikir logika, memecahkan
masalah kompleks menjadi simple dan
memahami ide yang abstrak menjadi
konkrit, bagaimana menimbulkan prestasi
dengan kemampuan yang dimiliki anak.

a. Tahap sensori – motor ( 0 – 2 tahun)
Prilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental yang bersifat simbolis (berfikir). Sekitar usia 18 – 24 bulan anak mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.

b. Tahap pra operasional ( 2 – 7 tahun)
v Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris.
Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur jadi semua binatang bertelur) atau karena ciri – ciri objek tertentu (truk dan mobil sama karena punya roda empat). Pola penalaran sinkretik terjadi bila anak mulai selalu mengubah – ubah kriteria klasifikasinya. Misal mula – mula ia mengelompokan truk, sedan dan bus sendiri – sendiri, tapi kemudia mengelompokan mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan besar – kecilnya dst.
v Tahap intuitif ( 4 – 7 tahun)
Pola fikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian bagian terentu dari objek dan semata –mata didasarkan atas penampakan objek

c. Tahap operasional konkrit ( 7 – 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka volumenya tetap.
Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk dst.

d. Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek – objek yang ia fikirkan. Pola fikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.

C. ERIKSON (PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL)
Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas perkembangannya.
Perkembangan psikososial :

1. Trust vs. missstrust ( 0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan penting.

2. Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu – ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.

3. Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri, anak akan mengembnagkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk melalukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia kan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri.

4. Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.




5. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berfikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya serta perannya, jiak ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung menghadapi perannya

6. Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )
Individu sudah mulai mencari pasangan
hidup. Kesiapan membina hubungan dengan
orang lain, perasaan kasih sayang dan
keintiman, sedang yang tidak mampu
melakukannya akan mempunyai perasaan
terkucil atau tersaing.

7. Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap - tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.

8. Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.



D. KOHLBERG (PERKEMBANGAN MORAL)
1. Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh prilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan – harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.

2. Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis

3. Purna konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.

E. HUROLCK (PERKEMBANGAN EMOSI)

Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi
yang berupa kegairahan umum, sebelum bayi
bicara ia sudah mengembangkan emosi heran,
malu, gembira, marah dan takut.
Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh
faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi oleh harapan orang tua dan lingkungan.















menangkap bahwa lingkungannya akan memenuhinya segera. Kemampuan intelektual lain yang ia capai pada usia 1 tahun adalah bahwa ia dapat mengantisipasi kegiatan rutin dari lingkungannya. Misalnya bunyi-bunyi yang ia tangkap sewaktu menyiapkan makanannya. Berarti dengan bunyi ini sebentar lagi ia akan diberi makan, ia akan dengan sabar dan tidak menangis.
Menurut penelitian Pulaski (1971), selain faktor keturunan, lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan intelegensia. Perkembangan intelektual tidak dapat berkembang sebelum pola pikir terbentuk, stimuli sensoris dan motoris diperlukan sebelum untuk memberikan “pengetahuan”. Pengetahuan ini didapat dari pengalaman bergerak, meraba, suara, penglihatan dan rasa. Dari hal-hal ini berkembang imajinasi. Imajinasi ini tidak akan terjadi apabila anak tidak dikenalkan dengan semua hal baru, memperhatikan benda nyata. Lebih lanjut Pulaski menjelaskan teorinya dengan membagi tahapan perkembangan intelektual menjadi :

Tahap I : Sensorimotorik (lahir – 2 tahun)
Pada tahap ini anak menggunakan sistem penginderaan, sistem motorik dan benda-benda untuk mengenal lingkungannya. Bayi tidak hanya menerima rangsangan berupa pasif tetapi juga memberi jawaban terhadap rangsangan . tersebut. Jawaban ini berupa refleks-refleks. Refleks ini diperlukan unutk mempertahankan hidupnya. Misalnya refleks untuk makan, bersin. Dengan refleks dalam bentuk gerak motorik memungkinkan bayi untuk berkomunikasi dengan lingkungannya.

Tahap II : Pre Operasional ( 2 – 7 tahun)
Perubahan fungsi kognitif pada tahap ini adalah dari sensori motorik menjadi pre operasional. Pada pre operasional anak mampu menggunakan simbol-simbol, yaitu menggunakan kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan yang akan terjadi segera. Tingkah laku anak berubah menjadi egosentrik.

Tahap III : Konkrit Operasional (7 -11 tahun)
Pada tahap ini anak telah dapat berpikir secara logis dan terarah, mengelompokkan fakta-fakta serta anak telah mampu berpikir dari sudut pandang orang lain. Ia dapat berpikir secara abstarak, dan mengatasi persoalan secara nyata dan sistematis. Contoh : anak dapat menghitung walaupun susunan benda diubah serta mengatahui jumlahnya tetap sama.
Tahap IV : Format Operation (11 – dewasa)
Masa dimana anak mengembangkan kemampuan kognitif untuk berpikir abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak bias mamikirkan hal-hal apa yang akan atau mungkin terjadi. Perkembangan lain pada masa remaja ialah kemampuan untuk berpikir sistematis dan memecahkan suatu persoalan.

Selain tahapan-tahapan yang telah dijelaskan terdahulu,perkembangan intelektual juga dapat diukur dengan kemampuan anak menggunakan kata-kata. Interaksi orang tua, anak dan dengan lingkungannya akan menentukan perkembangan bahasa anaka. Dengan kata lain apabila interaksi ini maksimal akan menyebabkan anak dapat bicara lebih cepat sedangkan apabila interaksi kurang maka akan memakan waktu untuk mulai bicara.

Perkembangan Emosi dan Sosial
Kepribadian seorang anak merupakan integrasi perasaan dan sikap yang dicerminkan dalam tingkah laku. Seorang dewasa dikatakan mempunyai kepribadian yang sehat apabila ia mampu untuk memberi kasih sayang, mencapai sesuatu yang ia inginkan dan menjadi interdependent pada fungsinya. Hal ini dicapai melalui proses dalam kehidupan.
Sejak ia lahir, masing-masing tingkat usia mempunyai tugas yang mesti ia selesaikan sebelum ia melangkah ke tugas pada tingkat usia berikutnya.

4. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Beliau mengemukakan bahwa :
Di dalam jiwa individu terdapat tiga komponen yaitu :
Id : nangis, minta minum,makan, dll.
Ego : lebih rasional, tetapi masa bodoh terhadap lingkungan.
Super Ego : lebih memikirkan lingkungan.
Perkembangan berhubungan dengan bagian-bagian fungsi tubuh dan dipandang sebagai aktifitas yang menyenangkan.
Insting seksual memainkan peranan penting dalam perkemabngan kepribadian.

Menurut Freud perkembangan manusia terjadi dalam beberapa fase dimana setiap fasenya mempunyai waktu dan ciri-ciri tertentu dan fase ini berjalan secara kontinyu.

TEORI PERKEMBANGAN OLEH SIGMUND FREUD
Fase Oral ( 0 – 8 ½ tahun)
(+) yang memberikan kepuasan / kebahagiaan → mulut→ menghisap
menelan
memainkan bibir
makan, kenyang, tidur

(-) menggigit, mengeluarkan air liur, marah / menangis → jika tidak terpenuhi.
Tugas Ibu → penuhi fase oral dengan sabar.

Fase Anal ( 1 – 3 tahun )
Fungsi tubuh yang memberi kepuasan berkisar sekitar anus.
(+) BAB / BAK → senang melakukannya sendiri.
( - ) Jika tidak dapat melalui dengan baik → akan menahan dan melakukannya dengan mempermainkan.
→ Belajar mengontrol pengeluaran.
Konsep bersih / kebersihan, ketepatan waktu, kontrol diri, belajar sendiri.

Fase Phallic ( 3 – 6 tahun)
Memegang-megang genitalia
Dekat dengan orang tua lawan jenis
· Oedipus Complex → mencintai ibu
· Electra Complex → cemburu karena tidak punya penis

Bersaing dengan orang tua yang sama jenis seksnya
(+) egosentris, sosial interaksi
( - ) mempertahankan keinginan

Fase Laten
Orientasi sosial keluar rumah → senang bermain
Pertumbuhan intelektual dan sosial
Banyak teman → gang
Impuls agresivitas lebih terkontrol.

Fase Genital
Fase ini tinggal melengkapi fase sebelumnya
Pemusatan seksual pada genital
Penentuan identitas
Belajar tidak tergantung pada orang lain
Bertanggung jawab pada diri sendiri
Intim dengan lawan jenis
(-) konflik diri, ambivalen
(+) peer group

Tanggung jawab perawat → membantu anak menyelesaikan tahap-tahap perkembangan dan antisipasi terhadap orang taua tentang fase-fase yang akan dilaluinya.

dikutip dari The Man Herosandian

baca selengkapnya......