Pendahuluan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan
gejala klinis. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum
diketahui, meskipun banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan di
beberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak menggambarkan kejadian yang
sebenarnya didalam masyarakat.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama
kematian anak-anak. Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang
dilaporkan
terjadi pada anak berumur < 6 tahun, dengan kematian < 4%.
Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami
keracunan
setiap tahunnya, sedang di RS dr. Soetomo Surabaya 15 - 30 penderita anak
yang datang untuk mendapatkan pengobatan karena keracunan setiap
tahun,yang
sebagian besar karena keracunan hidrokarbon ( 45 - 60%), keracunan
makanan,
keracunan obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain.
Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas,
kulit
dan mukosa atau parenteral tetapi yang terbanyak racun masuk melalui
saluran
cerna ( 75 % ) dan inhalasi ( 14% ).Keracunan merupakan suatu keadaan
gawat
darurat medis yang membutuhkan tindakan segera, keterlambatan dalam
memberikan pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.
Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda dengan pada dewasa,
tapi
oleh karena secara alamiah terdapat perbedaan akibat dari tingkat
perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang
sedang berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian,
jenis, lokasi serta motif dari keracunan.
Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat
menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan pada anak sebagian
besar
adalah karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka usaha-usaha pencegahan
hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama dalam penanggulangan
keracunan pada anak.
Keracunan pada anak
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, terdapat perbedaan -
perbedaan baik fisik, fisiologis maupun psikologis dengan orang dewasa.
Fungsi organ-organ tubuh belum matang, demikian pula dengan fungsi
pertahanan tubuh yang belum sempurna. Pada anak terdapat faktor-faktor
yang
mempermudah terjadinya keracunan,yaitu :
· Perkembangan kepribadian anak usia 0 - 5 tahun masih dalam fase
oral sehingga ada kecenderungan untuk memasukkan segala yang dipegang
kedalam mulutnya.
· Anak-anak masih belum mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya
(
termasuk disini anak dengan retardasi mental.
· Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
· Anak-anak pada usia ini mempunyai sifat negativistik yaitu
selalu
menentang perintah atau melanggar larangan.
Oleh karena sifat-sifat tersebut maka keracunan pada anak lebih sering
karena kecelakaan (accidental poisoning ),sedang pada dewasa keracunan
lebih
sering karena pekerjaannya (occupational poisoning) dan pembunuhan atau
usaha bunuh diri.
Pada anak kecil jarang terjadi keracunan karena usaha bunuh diri atau
pembunuhan, walaupun pernah dilaporkan melalui media massa adanya
pembunuhan
anak dengan jalan memberi racun oleh ibu yang putus asa sebelum kemudian
dia
bunuh diri.
Penyebab keracunan
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa
banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunaan adalah :
· Makanan
· Bahan-bahan kimia
· Obat-obatan
· Bahan-bahan keperluan rumah tangga ( Household poison )
Oleh karena anak kecil lebih sering berada dirumah maka keracunan yang
terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh bahan-bahan yang ada dirumah
atau
sekitar rumah.
Di RSUD dr. Soetomo keracunan yang paling sering terjadi adalah keracunan
minyak tanah ( > 45% ) sama seperti laporan dari center-center lain.
Penatalaksanaan keracunan
I. Tindakan emergensi :
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan
atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi
jaringan.
II. Identifikasi penyebab keracunan.
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha
penyelamatan
penderita yang harus segera dilakukan.
III. Eliminasi racun.
1. Racun yang ditelan
1. Rangsang muntah
Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelan
bahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsang
muntah kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang menghambat
motilitas ( memperpanjang pengosongan ) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum
mole atau dinding belakang faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian
obat- obatan :
1. Sirup Ipecac
Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan.
Pada anak usia 6 - 12 bulan 10 ml
1- 12 tahun 15 ml
> 12 tahun 30 ml
Pemberian sirup ipecac diikuti dengan pemberian 200 ml air putih. Bila
sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada anak diatas 1 tahun pemberian
ipecac dapat diulangi.
2. Apomorphine
Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%,dapat menyebabkan
muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB
secara
subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah :
1. Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut
mengandung
bahan-bahan yang berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandung
halogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida.
2. Keracunan bahan korossif
3. Keracunan bahan-2 perangsang CNS ( CNS stimulant , seperti
strichnin
)
4. Penderita kejang
5. Penderita dengan gangguan kesadaran
1. Kumbah lambung
Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan
bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat
pengosongan
lambung.
Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :
· Keracunan bahan korosif
· Keracunan hidrokarbon
· Kejang
Pada penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita- penderita dengan
resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi dengan cara pemasangan pipa
endotracheal.
Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri,
kemudian
di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran 24 - 36 Fr, pencucian lambung
dilakukan dengan cairan garam fisiologis ( normal saline/ PZ ) atau ½
normal
saline 100 ml atau kurang berulang-ulang sampai bersih.
3. Pemberian Norit ( activated charcoal )
Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit harus menunggu
paling
tidak 30 - 60 menit sesudah emesis.
Dosis 1 gram/kg BB dan bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan,
diberikan per oral atau melalui pipa nasogastrik.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan :
· Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat,
antiinflamasi non steroid,morphine,propoxyphene.
· Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine,
chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate.
· Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis,
quinine, theophylline, cyclic anti - depressants
Norit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat
dan
alkohol.
4. Catharsis
Efektivitasnya masih dipertanyakan.
Jangan diberikan bila ada gagal ginjal,diare yang berat ( severe diarrhea
),
ileus paralitik atau trauma abdomen.
5. Diuretika paksa ( Forced diuretic )
Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine
).
Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,hati-hati
jangan sampai terjadi overload cairan.
Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis
paksa.
Kontraindikasi : udema otak dan gagal ginjal
6. Dialysis
Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa hasil.
Bermanfaat hanya pada bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis (
dialysa ble toxin ) seperti phenobarbital, salisilat, theophylline,
methanol, ethylene glycol dan lithium.
Dialysis dilakukan bila :
· Asidosis berat
· Gagal ginjal
· Ada gejala gangguan visus
· Tidak ada respon terhadap tindakan pengobatan.
7. Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan jarang digunakan.
2. Racun yang disuntikkan atau sengatan
· Immobilisasi
· Pemasangan torniquet diproksimal dari suntikan
· Berikan antidotum bila ada
3. Racun pada kulit dan mata
Lepaskan semua yang dipakai kemudian bersihkan dengan sabun dan siram
dengan
air yang mengalir selama 15 menit.
Jangan diberi antidotum.
4. Racun yang dihisap melalui saluran nafas
Keluarkan penderita dari ruang yang mengandung gas racun.
Berikan oksigen. Kalau perlu lakukan pernafasan buatan.
IV. Pemberan antidotum kalau mungkin
V. Pengobatan Supportif
· Pemberian cairan dan elektrolit
· Perhatikan nutrisi penderita
· Pengobatan simtomatik ( kejang, hipoglikemia, kelainan
elektrolit
dsb.)
Diagnosa
Penegakan diagnosa dari keracunan seringkali dengan mudah dapat ditegakkan
karena keluarga atau pengantar penderita sudah mengatakan penyebab
keracunan
atau membawa tempat bahan beracun kepada dokter.Tapi kadang-kadang kita
menemui kesulitan dalam menentukan penyebab keracunan terutama bila
penderita tidak sadar dan tidak ada saksi yang mengetahui kejadiannya.
Diagnosa dari keracunan terutama didasarkan pada anamnesa yang diambil
dari
orang tua, keluarga,pengasuh atau orang lain yang mengetahui kejadiannya.
Pada anamnesa ditanyakan kapan dan bagaimana terjadinya, tempat kejadian
dan
kalau mungkin mencari penyebab keracunan.
Ditanya pula kemungkinan penggunaan obat-obatan tertentu atau resep yang
mungkin baru didapat dari dokter. Diusahakan sedapat mungkin agar tempat
bekas bahan beracun diminta untuk melihat isi bahan beracun dan kemudian
diselidiki lebih lanjut.
Pemeriksaan fisik sangat penting terutama pada penderita-penderita yang
belum jelas penyebabnya.
Selain pemeriksaan fisik rutin dicari pula tanda-tanda khusus pada
keracunan-keracunan tertentu seperti :
· B A U :
· Aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid
· Coal gas : Carbon monoksida
· Buah per : Chloralhidrat
· Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat
· Alkohol : Ethanol, methanol
· Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak
· K U L I T :
· Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik
· Berkeringat : Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat
· Kering : Anticholinergik
· Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida
· Ikterus : Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur
· Purpura : Aspirin,warfarin, gigitan ular
· Sianosis : Nitrit, nitrat,fenacetin, benzocain
· SUHU TUBUH :
Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida,clonidin,
fenothiazin
Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain,
fenothiazin,theofilin
TEKANAN DARAH :
Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin
Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-
blocker
N A D I : Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker,
ethchlorvynol
Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain,
aspirin, theofilin
Arithmia :
Anticholinergik,organofosfat,fenothiazin,carbonmonoksida,cyanida,beta-blocke
r
SELAPUT LENDIR :
Kering : Anticholinergik
Salivasi : Organofosfat, carbamat
Lesi mulut : Bahan korosif, paraquat
Lakrimasi : Kaustik, organofosfat, gas irritan
RESPIRASI :
Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida
Kussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat
OEDEMA PARU : Salisilat, narkotika, simpatomimetik
SUS. SARAF PUSAT:
Kejang : Amfetamin, fenothiazin, cocain, camfer, tembaga, isoniazid,
organofosfat, salisilat, antihistamin, propoxyphene.
Miosis : Narkotika ( kecuali demerol dan lomotil ),fenothiazin,
diazepam,organofosfat (stadium lanjut), barbiturat,jamur.
Midriasis : Anticholinergik,simpatomimetik,cocain,methanol,lSD,
glutethimid.
Buta,atropi optik : Methanol
Fasikulasi : Organofosfat
Nistagmus : Difenilhidantoin,barbiturat,carbamazepim,ethanol,carbon
monoksida,ethanol
Hipertoni : Anticholinergik,fenothiazin,strichnyn
Mioklonus,rigiditas : Anticholinergik,fenothiazin,haloperidol
Delirium/psikosis :
Anticholinergik,simpatomimetik,alkohol,fenothiazin,logam
berat,marijuana,cocain,heroin,metaqualon
Koma : Alkohol,anticholinergik,sedatif
hipnotik,carbonmonoksida,Narkotika,anti depressi
trisiklik,salisilat,organofosfat
Kelemahan,paralise: Organofosfat,carbamat,logam berat
SAL.PENCERNAAN :
Muntah,diare, : Besi,fosfat,logam berat,
jamur,lithium,flourida,organofosfat
nyeri perut
Berikut akan kami bahas beberapa keracunan khusus yang sering dijumpai :
KERACUNAN HIDROKARBON
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak
tanah,bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api.
Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari irritasi pulmonal dan
depressi susunan saraf pusat.
1. Irritasi pulmonal :
batuk,sesak,retraksi,tachipneu,cyanosis,batuk darah dan udema paru.
Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua
lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.
2. Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai
koma,kadang-kadang disertai kejang.
3. Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare.
Penatalaksanaan :
1. Rangsangan muntah pada keracunan hidrokarbon masih merupakan
kontroversi karena bahaya terjadinya aspirasi pneumonia, karena itu
rangsang
muntah tidak dianjurkan pada keracunan hidrokarbon,kecuali bila yang
ditelan
cukup banyak > 1 ml/kg BB atau bila hidrokarbon yang ditelan tercampur
atau
merupakan bahan pelarut dari bahan beracun yang berbahaya seperti pada
pestisida maka rangsangan muntah atau kumbah lambung harus segera
dilakukan
dengan perlindungan jalan nafas.
2. Berikan norit 1 gram/kg BB
3. Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau
berat bisa dilakukan intubasi dan pemberian nafas buatan dengan
ventilator.
4. Antibiotika
Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada keracunan
hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan penderita memang
sangat berat, membutuh kan bantuan pernafasan dengan alat atau anak-anak
dengan immunocompromized.
5. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid juga masih merupakan kontroversi, hanya diberikan
pada keadaan-keadaan yang sangat berat,sangat sesak atau udema paru.
KERACUNAN INSEKTISIDA
Seiring dengan semakin meningkatnya penggunaan insektisida dalam usaha
intensifikasi pertanian maka kejadian keracunan insektisida juga semakin
banyak dijumpai.
Pembahasan disini akan dibatasi lebih banyak pada keracunan organofosfat
yang lebih banyak dipakai dan dijumpai.Racun serangga organofosfat sering
dicampur dengan bahan pelarut minyak tanah sehingga pada keracunan
organofosfat harus pula diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan
keracunan minyak tanah selain organofosfatnya sendiri.
ORGANOFOSFAT
Organofosfat menyenabkan fosforilasi dari ester acetylcholine esterase (
sebagai choline esterase inhibitor ) yang bersifat irreversibel sehingga
enzim ini menjadi inaktif dengan akibat terjadi penumpukan acetylcholine.
Efek klinik yang terjadi adalah terjadi stimulasi yang berlebihan oleh
acetylcholine.
Gejala klinis :
1. SLUDGE : salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, gejala GI tract dan
emesis
2. Miosis
3. Bronchokonstriksi dengan sekresi berlebihan, anak tampak sesak dan
banyak mengeluarkan lendir dan mulut berbusa dan bau organofosfat yang
tertelan ( bawang putih/garlic )
4. Bradikardia sampai AV block
5. Lain-lain : hiperglikemia,fasikulasi,kejang,penurunan kesadaran
sampai koma.
6. Depressi pusat pernafasan dan sistem kardiovaskular
Penatalaksanaan :
1. Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dan
siram dengan air yang mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi
sampai 6 jam.
2. Lakukan kumbah lambung,pemberian norit dan cathartic
3. Atropinisasi
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor
muscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik.
Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05 mg/kg BB
IV
pelan-2 dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit sampai
atropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila :
· Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan
· Pupil dilatasi
· Mukosa mulut kering
· Heart rate meningkat
Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan
respon penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis
penderita,atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara
bertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa terjadi gagal nafas
karena atropin tidak mempunyai pengaruh terhadap efek nikotinik (
kelumpuhan
otot ) organofosfat.
4. Pralidoxim
Bekerja sebagai reaktivator dari cholin esterase pada neuromuscular
junction
dan tidak mempengaruhi fungsi CNS karena tidak dapat melewati blood brain
barrier.
Diberikan sesudah atropinisasi dan harus dalam < 36 jam paparan.
Dosis pada anak < 12 tahun 25 - 50 mg/kgBB IV,diulangi sesudah 1 - 2
jam,kemudian diberikan setiap 6 - 12 jam bila gejala masih ada.
5. Tidak boleh diberi morphine ( depressi pernafasan ),
methylxanthine
( menurunkan ambang kejang ), loop diuretic.
6. Pemberian oksigen kalau ada distres nafas,kalau perlu dengan
pernafasan buatan.
7. Pengobatan supportif :
· Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV.
· Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.
Keracunan carbamate ( Baygon )
Seperti organofosfat tetapi efek hambatan cholin esterase bersivat
reversibel dan tidak mempunyai efek sentral karena tidak dapat menembus
blood brain barrier.
Gejala klinis sama dengan keracunan organofosfat tetapi lebih ringan dan
waktunya lebih singkat.
Penatalaksanaannya juga sama seperti pada keracunan organofosfat
KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan dapat terjadi karena :
1. Makanan tersebut memang mengandung zat-zat kimia yang berbahaya (
singkong, jamur dsb.)
2. Timbul zat beracun dalam makanan tersebut karena proses pengolahan
dan penyimpanan
3. Makanan tercemar oleh zat beracun baik disengaja ( pengawet,zat
warna,penyedap ) ataupun tidak disengaja (salmonella, staphylococcus dsb.)
KERACUNAN KETELA POHON
Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic unamarine (
mengandung HCN ).
Gejala klinis :
· Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan
kematian dengan cepat
· Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan
sesak
· Pernafasan cepat dengan bau khas ( bitter almond )
· Kejang, lemas, berkeringat,mata menonjol dan midriasis
· Mulut berbusa bercampur darah
· Warna kulit merah bata ( pada orang kulit putih ) dan sianosis
Penatalaksanaan :
Bebaskan jalan nafas,perbaiki sirkulasi dan beri oksigen.
Eliminasi racun ( rangsang muntah, kumbah lambung, pemberian norit )
Pemberian antidotum
Sodium thiosulfat 10 % 0,5 ml/kg/BB/kali IV pelan-pelan
Sodium nitrit 3 x 10 ml IV pelan-pelan
KERACUNAN JENGKOL
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat di
tubuli,ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan
jengkol.
Gejala klinik :
· Sakit pinggang,nyeri perut,muntah,kencing sedikit-sedikit dan
terasa sakit
· Hematuria,oliguria sampai anuria dan kencing bau jengkol
· Dapat terjadi gagal ginjal akut
Penatalaksanaan :
· Rangsang muntah
· Kumbah lambung
· Beri norit
· Alkalinisasi : Nabic 3 - 5 meq /kgBB, bila penderita masih bisa
minum dapat diberi Nabic per oral 4 x 500 mg
· Pemberian cairan
· Tidak ada antidotum spesifik
BOTULISME
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat dalam
makanan kaleng yang rusak atau tercemar kuman tersebut.
Gejala klinik :
· Mata kabur,refleks cahaya menurun atau negatif,midriasis dan
kelumpuhan otot-otot mata
· Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik
· Dysphagia, dysarthria
· Kelumpuhan ( general paralyse )
Penatalaksanaan :
· Tindakan emergensi ( ABC )
· Eliminasi racun
· Antitoksin terhadap botulisme 10 - 50 ml IV pelan-pelan
· Guanidine hidrochloride 15 - 35 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 3
dosis, berguna untuk melawan efek blokade neuromuskular.
SALISILAT
Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah :
· Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan
rasa yang disukai anak-anak ditambah dengan gencarnya usaha promosi
melalui
media massa.
· Penggunaan obatt-obatan yang mengandung salisilat secara
berlebihan oleh orang tua yang tidak mengetahui bahaya salisilat.
· Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga
yang
murah.
Dosis toksis salisilat : 150 - 200 mg/kgBB
Dosis fatal salisilat : 250 - 400 mg/kgBB
Salisilat dapat menyebabkan :
· Irritasi G I Tract
· Stimulasi CNS
· Mempengaruhi metabolisme karbohidrat
· Meningkatkan kecepatan metabolisme
· Gangguan pembekuan darah
· Kelainan ginjal,bisa menyebabkan gagal ginjal akut
· Kelainan asam basa dan elektrolit
· Udema paru
· Hiperthertmia
Gejala klinik :
Sal.pencernaan : mual,muntah nyeri perut,dehidrasi dan perdarahan saluran
pencernaan.
Sus saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam,tinnitus, disorientasi,
delirium,kejang sampai koma.
BMR meningkat : tachipnea,tachikardia,panas dan berkeringat
Gangguan metabolisme karbohidrat : Ekskresi asam organik dalam jumlah
besar,hipoglikemia atau hiperglikemia, ketosis.
Gangguan koagulasi :
· Gangguan aggregasi thrombosit
· Thrombositopenia
· Faktor VIII menurun
· Kapiler lebih fragil
Gangguan elektrolit : hiponatremia,hipernatremia,hipokalsemia atau
hipokalemia
Pemeriksaan laboratorium :
· Tes Ferrichloride : tambahkan ferri chloride 10% pada urine.
Tes positif bila urine kemudian berwarna ungu
· Pemeriksaan darah lengkap,urinalysis,gula darah,analisa gas
darah,
BUN-kreatinin serum, elektrolit serum (termasuk kalsium) dan LFT.
· X foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
Penatalaksanaan :
· Rangsang muntah dilanjutkan dengan kumbah lambung dan pemberian
norit.
· Pemberian cairan : tujuannya adalah untuk mendapatkan diuresis 3
-
6 ml/kgBB dengan pemberian cairan maintenance 100 ml/jam.
Kontraindikasi forced diuresis : udema otak dan udema paru.
n Alkalinisasi : pH urine optimal yang diingikan adalah 8,0 - 8,5
n Terapi supportif :
n Hipoglikemia : Glukosa 40 -50 % 1 - 2 ml/kgBB IV.
n Kejang : Diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.
n Tetani : Gluconas Calcicus 10% 0,5 ml/kgBB IV.
n Hiperpireksia : Kompres dingin
n Dialisis dilakukan hanya pada kasus-kasus berat yang tidak
berhasil
dengan tindakan-tindakan diatas.
UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN
Karena anak-anak lebih sering berada dirumah maka keracunan pada anak
lebih
sering terjadi dirumah atau lingkungan sekitar rumah dan disebabkan oleh
bahan-bahan yang banyak didapat dirumah.
Menurut tempat terjadinya maka keracunan pada anak lebih sering terjadi di
:
· Dapur ( 40% )
· Kamar mandi ( 21% )
· Kamar tidur ( 12% )
· Tempat lain ( 26% )
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada keracunan pada anak dalam upaya
pencegahan keracunan adalah :
· Keracunan yang terjadi pada umumnya adalah kecelakaan.
· Keracunan terjadi didalam atau sekitar rumah.
· Bahan-bahan yang menyebabkan keracunan adalah bahan-bahan yang
banyak didapatkan dirumah atau disekitar rumah.
Dari hal-hal tersebut diatas maka keracunan pada anak bisa dikatakan
terutama terjadi akibat kelalaian orang tua atau pengasuh anak. Oleh
karena
itu peran orang tua atau pengasuh anak dalam usahapencegahan keracunan
sangat penting.
Upaya-upaya pencegahan keracunan pada anak :
I. Memberikan informasi secara intensif kepada orang tua atau orang
yang bertanggung jawab dalam perawatan anak dan kepada masyarakat mengenai
:
· Keracunan pada anak, bagaimana terjadinya,akibat- akibat yang
terjadi serta bagaimana mencegahnya
· Bahan-bahan yang potensial dapat menyebabkan keracunan yang
terdapat didalam atau sekitar rumah yang seringkali tidak diketahui oleh
orang tua.
· Pengetahuan sederhana bagaimana memberikan pertolongan pertama
bila terjadi keracunan.
II. Produsen bahan-bahan beracun
Para produsen bahan-bahan yang potensial dapat menyebabkan keracunan agar
membuat label dan keterangan serta peringatan yang jelas mengenai
isi,bahaya, gejala klinis yang timbul dan tindakan yang harus segera
dilakukan bila ada tanda-tanda keracunan.
III. Menjauhkan semua bahan-bahan yang potensial beracun dari jangkauan
anak-anak :
· Menyimpan obat-obatan serta bahan berbahaya ditempat khusus yang
terkunci dan tidak bisa dijangkau anak-anak.
· Bahan-bahan beracun dan obat-obatan jangan diletakkan dalam satu
tempat dengan makanan.
· Obat-obatan dan bahan beracun harus mempunyai label yang jelas.
Bila tidak berlabel atau bila sudah tidak diperlukan lagi sebaiknya
dibuang.
· Selalu harus dilihat kembali label obat-obatan sebelum diminum.
· Jangan meletakkan larutan-larutan berbahaya dalam gelas minum.
· Bahan-bahan rumah tangga seperti minyak tanah,detergent,semir
cair, cairan pembersih kaca, obat pemutih dsb.jangan diletakkan
disembarang
tempat yang mudah dijangkau anak-anak. 75% dari keracunan bahan-bahan
rumah
tangga terjadi karena kelalaian mengembalikan bahan-bahan beracun atau
obat-obatan ketempat semula.
· Dokter dan tenaga farmasi hendaknya memberikan obat-obatan
secara
hati-hati dengan tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya keracunan.
Obat-obatan yang berbahaya hendaknya diberikan dalam jumlah yang terbatas
dan hanya cukup untuk satu kali pengobatan,terutama pada anak dengan
keterbelakangan mental.
· Harus ada perhatian khusus terhadap obat-obatan berbahaya yang
dikemas dalam bentuk yang menarik dengan rasa yang enak karena hal ini
akan
mempermudah terjadi nya keracunan. Ini merupakan 87% dari penyebab
keracunan
karena aspirin,meskipun angka kematian karena keracunan aspirin lebih
banyak
karena bentuk tablet dewasa.
· Oleh karena obat-obatan yang diberikan pada ibu hamil dapat
memberi dampak pada janin yang dikandungnya, maka pemberian obat-obatan
dan
bahan-bahan berbahaya pada ibu hamil harus hati-hati.
dikutip dari Latief Azis, dr., Sp.A(K)
Custom Search
Monday, May 4, 2009
Keracunan Pada Anak
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
ASKEP
askep anak dg meningitis
cardiology
emergency
epidemiologi
etika perawat
fase perkembangan anak
health
Intervensi keperawatan pada klien meningitis
kehamilan
keracunan pada anak
mainan dan kreatifitas
mata ajaran
mata kuliah
materi kuliah
maternitas
medical surgical
sistem pernapasan
tips sehat
UU Praktik Keperawatan
WHO
No comments:
Post a Comment